Monday 19 November 2012

Serba-Serbi (Peserta) 1 Muharram

Bubur Sura Terakhir

oleh Punk Vava CiHermidh pada 15 November 2012 pukul 17:06 ·


Mungkin hanya keajaiban yang membuatku sanggup bertahan hingga detik ini.
Ketika itu, hari-hari terakhir di bulan Muharram 1433 Hijriyah.   Hari yang tak seperti biasanya. Langit murung, terasa kalut menyelimuti mendungnya, menahan tumpahan gemericik hujan.  Ketika itulah kegelisahanku pada tiap malam-malam dalam pejaman mata sesaatku terjawab.
Permintaanku yang seperti menampar wajahku sendiri. Sebuah ucapan- doa.
Mungkinkah aku ini adalah anak yang durhaka?
Dua minggu sebelum datangnya hari yang merubah hidupku, selalu kubertanya kepada Allah, pemilik jiwa ini, "kapankah bapakku meninggal, ya Rab..." dengan suara bergetar menahan ucapanku sendiri karena ketidaksiapan jika curahan hatiku lekas dikabulkan.
Sabtu itu benar-benar menjadi hari terakhirku memeluknya, mengusap rambut putihnya, juga memegang dua tangan kurusnya. Padahal semalaman aku tak dapat tidur dan mondar-mandir menengoknya dari jendela kamar, kenapa Engkau tak biarkan aku ada disampingnya saat juru pati tegas mencabut nyawa dari raga renta bapak? Setidaknya aku ingin memastikan apakah ia benar-benar tak merasa kesakitan lagi setelah kau ajak kembali ke rumahmu. Semoga saja di sana bapak lebih bahagia.
Jadi benarkah aku ini anak durhaka?
Apakah kalian menganggap diriku meminta kelekasan Allah untuk mencabut nyawa bapakku sendiri tanpa satu sebab? Tidak. Airmata ini akan jatuh jika kalian menuduhku demikian. Aku tak sejahat itu, teman. Aku pun masih ingin bersamanya, karena bapak adalah satu-satunya orang yang dengan senang hati mendengarkan marahku, dan membiarkanku menangis seharian ketika aku dilukai orang-orang yang membenciku. Tapi kini tak mungkin lagi, ketika kesabaranku telah melampaui batasnya, aku hanya bisa menangis sendiri, berbagi kepedihan pada bantal yang bahkan takkan bisa mengusap kepalaku. Tapi biarlah, semuanya akan lebih baik pada suatu masa.

***
Dan mitos bulan Muhharam, atau kami sering menyebutnya Sura tak pernah berlaku bagiku.  Di kepalaku itu hanya kepercayaan kuno yang sama sekali tak akan kupercaya karena semua bulan adalah sama. Walau demikian ada satu tradisinya yang selalu kutunggu, yaitu bubur sura pincukan yang biasa dibagikan di Surau dekat rumah kami. Yang tahun lalu dibawa kedua adikku waktu pulang dari surau untuk kami makan bersama, makanan terakhir yang kami santap sebelum bapak mulai tak bisa makan. Dan mungkin bubur sederhana itu menjadi satu-satunya makanan wajib di bulan Muharram yang akan selalu kurindukan untuk mengenang hari-hari terakhir bapak

---Siti Khudaefah

Harapan..

oleh Zhy Wisnewsky pada 15 November 2012 pukul 15:43 ·

semoga menjadi babak baru pembenahan dalam diri.#harapan
berdoa dan bermuhasabah, memohon agar Allah SWT mengampuni dosa kita tahun2 sebelumnya #harapan
semoga Allah SWT membimbing kita di tahun yang baru ini, amin #harapan

Hijrah = Move On!

oleh ELa Kamilan pada 15 November 2012 pukul 9:41 ·


Tahun baru Hijriah, seringkali tak banyak yang mengetahuinya. Tahun baru masehi masih lebih popular daripada tahun baru ini. Walaupun demikian, banyak yang menyambutnya dengan suka cita ketika datangnya tahun ini, disamping banyak juga umat muslim yang biasa saja menyikapinya. Tak seheboh penyambutan tahun baru masehi. Terlepas dari itu, aku ingin menjadi bagian dari golongan yang menyambut datangnya tahun baru ini dengan penuh semangat. Seperti juga halnya tahun baru masehi yang banyak orang menyambutnya dengan penuh semangat, salah satunya diaplikasi dengan membuat beberapa resolusi untuk hidup lebih baik ke depannya.
Sesuai maknanya, aku pun ingin hijrah, berpindah, berubah. Move on, itu bahasa kerennya. Tentunya perubahan ke arah yang lebih baik dari sebelumnya. Tahun ini tak banyak yang ingin ku ubah dalam hidup. Hanya satu hal saja, satu hal yang menyangkut segala kebahagiaan, entah itu bahagia dunia maupun bahagia akhirat. Satu hal itu adalah tentang hubunganku dengan ALLAH, Tuhanku. Hijriah sebagai awal mengubah sikap dan kebiasaan buruk. Sulit, tapi akan ku usahakan semampu yang ku bisa.
Well, aku akan memulai perubahan dengan pembenahan ibadah, terutama ibadah yang kelak akan dihisab untuk pertama kalinya, ibadah yang menentukan diterima atau ditolaknya amal-amal lainnya. Yups, sholat. Karena dilakukan lima kali sehari dan setiap hari, kadang membuatnya seperti sebuah rutinitas saja, hanya menjadi sebuah kebiasaan, tanpa menghidupkan sholat itu sendiri. Tak kita sadari, terkadang itu menjadi salah satu sebab tertolaknya sholat. Hanya menggugurkan kewajiban saja. Astaghfirullah! Berharap tahun ini menjadi lebih baik, tak hanya melaksanakan, tapi benar-benar mendirikan sholat.
Selain itu, tahun ini aku bertekad untuk mengubah nasib keuangan. Mencari pekerjaan atau mungkin menciptakan sendiri pekerjaan itu. Hasilnya, ingin kugunakan untuk melanjutkan sekolah, mencari ilmu sebanyak-banyaknya mumpung masih diberi kemampuan. Saat ini, hanya bermodal ikhtiar dan keyakinan terhadap Sang Maha Pemberi. Semoga tahun ini akan tampak jawaban itu dari NYA. Aamiin..!
Tekad kuat disertai ikhtiar dan penuh kepasrahan serta doa akan menciptakan sesuatu yang luar biasa. Hijrah dari keburukan menuju kebaikan adalah salah satu tekad yang akan menciptakan hal luar biasa itu. 1 Muharram 1434 Hijriah ini, mari menjadi awal perubahan. Semoga menjadi keberkahan untuk kita semua. Bertekad dan Move On segera!

BUBUR ASY SYURO

oleh Sha Aozora pada 14 November 2012 pukul 22:22 ·


1 Muharram? Berarti besok umat Islam merayakan tahun baru yang ke-1434 Hijriyah. Ah, tak terasa waktu begitu cepat berlalu. Meninggalkan semua kisah suka, duka, pahit dan manis di tahun lalu. Apa yang pernah kita alami akan melebur menjadi satu dalam tempurung kepala dan terangkai dalam satu kata yaitu kenangan. Semua orang pasti memiliki kenangan termasuk aku. Sebuah kenangan yang selalu aku ingat di bulan Muharram. Sebuah kenangan tentang makanan unik bernama bubur Asy Syuro.
7 tahun lalu, saat guru mengajiku masih hidup. Beliau selalu membuatkan kami –murid-muridnya- bubur dari berbagai bahan, seperti kacang hijau, kacang merah, ketan hitam, jagung, sagu, ketela dan beberapa makanan berkarbohidrat tinggi lainnya. Kau tahu bagaimana rasanya bubur itu? Menurutku sungguh aneh karena aku tak pernah makan itu sebelumnya. Namun kisah di balik bubur itu yang membuat kami terenyuh dan dengan takdzim mendengarkan Pak Ustadz bercerita sambil menikmati suapan demi suapan bubur itu.
“Dengarkan cerita ini, dan kalian akan merasakan nikmatnya bubur itu,” begitu kata Pak Ustadz memulai kisahnya. Jadi bubur Asy Syuro itu berawal dari kisah Nabi Nuh beserta pengikutnya yang selamat dari musibah besar yang turut menenggelamkan putranya yang bernama Kan’an. Nabi Nuh dan pengikutnya selamat dan kembali berlabuh di daratan pada tanggal 10 Suro atau Muharram. Setelah beliau dan pengikutnya sampai di daratan, beliau menyuruh pengikutnya untuk membuat bubur dari bekal makanan yang sebelumnya telah mereka bawa di dalam kapal. Tujuannya adalah sebagai wujud rasa syukur karena telah selamat dari musibah dan sebagai pengingat bahwa Allah Maha Besar. Maka, sejak saat itu ada tradisi untuk membuat bubur Asy Syuro.
Tradisi tentang bubur ini mungkin tidak begitu dikenal dan hanya di beberapa tempat saja yang masih melestarikan, termasuk di tempat mengajiku. Namun bagiku tradisi tentang bubur itu akan tetap hidup dalam ingatanku. Karena bubur itu mengingatkanku pada sosok guru ku yang hangat dan sabar, serta nasehat-nasehat yang selalu ia berikan.
“Mudah-mudahan bubur itu bisa mengingatkan kita tentang sejarah di tahun lalu, dan memberikan pelajaran sebagai bekal hidup di tahun depan.” Itu adalah kalimat pamungkas setelah kami selesai menyantap bubur Asy Syuro. Benar-benar kenangan yang terus aku jadikan sebagai pedoman hidup.

MUBAZIR

oleh Titi Haryati Abbas pada 15 November 2012 pukul 1:54 ·

Tawa renyah Andin tak lepas dari bibirnya sepanjang berkeliling dari satu stan ke stan yang lain di bazar murah yang diadakan dalam rangka menyambut tahun baru Hijriah itu.“Hei, lihat! Kerudung ini cantik dan murah. Bagaimana menurut kamu, Nis?” Tiba-tiba Andin sudah berada di stan aneka jilbab.
Anisa hanya tersenyum mengangguk tanpa berkomentar. Ditatapnya kantongan yang sudah sangat banyak di tangan gadis itu. Sekarang, masih nambah? Pikirnya tak mengerti.
“Nur, komen dong. Gimana?” Andin masih berusaha meminta pendapat sahabat-sahabatnya. Jilbab biru langit itu kini sudah terpasang di kepalanya.
“Jilbab yang baru kamu beli kemarin kan juga berwarna biru langit.” Tanya Nurul heran.
‘Iya sih, tapi ini kan lebih modis. Sangat matching dengan gamis yang tadi itu.” Jelas Andin   sambil menjatuhkan pandangan ke arah kantongan yang ada di tangannya.
Nurul hanya tersenyum meringis. Kalau harus mengikuti pola pikir sahabatnya ini, berapa lembar jilbab yang harus dimiliki oleh para muslimah? Dan butuh modal berapa untuk bisa tampil modis dan trend? Berarti untuk berislam dengan sungguh-sungguh, butuh biaya yang tidak sedikit.
“Din, dicoba dulu jilbabnya di rumah sebentar, ya! Aku yakin, jilbab yang ini kayaknya belum dibutuhkan deh.” Nurul mencoba menghentikan keinginan  Andin yang hampir-hampir tidak terkendali lagi.
“Begitu, ya? Padahal kan harganya murah.” Kata Andin tak bersemangat.
Keinginannya sangat kuat untuk memiliki jilbab itu, tapi pendapat sahabatnya juga ada benarnya. Serba salah rasanya.
Dan kegiatan shopping hari itupun usai sudah. Kantongan plastik yang berjubel di kedua tangannya sebagai tandanya.
* * *
“Ya Allah, Din. Mau kamu apakan baju dan jilbab sebanyak ini? Yang baru kamu beli kemarin saja belum sempat kamu pakai.” Suara ibu meninggi melihat semua belanjaan Andin.
“Mumpung murah, bu. Jadi aku beli saja.” Andin membela diri.
“Murah bukan berarti harus membeli. Masih banyak kebutuhan yang lain, kan? Itu namanya mubazir, Din.”
Mendadak galau melingkupi perasaannya. Mubazir itu temannya syaitan. Ia telah gagal mengendalikan keinginannya.
“Muharram berarti berhijrah dari sesuatu yang buruk kepada yang lebih baik, itu juga tema bazar yang kamu datangi kemarin, kan?”
“Iya, bu. Terima kasih sudah mengingatkanku.”
Dalam hati ia bertekad, tahun berikutnya ia bukan lagi Andin yang Mubazir, insya Allah.
* * *

A SPIRIT TO BE BETTER

oleh Achmad Arifin pada 14 November 2012 pukul 10:58 ·


Tahun 2012 Masehi hampir berakhir. Dua hari lagi tahun 1433 Hijriyah juga akan berganti menjadi 1434 Hijiryah. Menjelang pergantian tahun biasanya orang menjadi bersemangat untuk membuat sejumlah rencana indah yang akan dijalani di tahun mendatang. Mereka ingin berubah menjadi lebih baik dalam berbagai aspek kehidupan diri dan keluarganya. Meskipun sebenarnya semangat untuk berubah itu selayaknya ada dan bisa dilakukan setiap waktu, tidak harus menunggu pergantian tahun.
Dua atau tiga tahun terakhir ini aku membaca istilah Resolusi Tahun Baru melalui internet. Sebelumnya istilah itu kurang dikenal. Mungkin aku saja yang tidak mengenalnya. Setelah kutelusur informasi di internet ternyata Resolusi Tahun Baru itu sudah ada sejak zaman Imperium Romawi sebelum abad pertama Masehi. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1995) resolusi adalah putusan atau kebulatan pendapat berupa permintaan atau tuntutan yang ditetapkan oleh rapat (musyawarah, sidang); pernyataan tertulis, biasanya berisi tuntutan tentang suatu hal. Lebih khusus kita mengenal resolusi konflik seperti dituangkan dalam Resolusi Dewan Keamanan PBB.
Di sebuah situs ada yang mengatakan resolusi adalah komitmen yang dibuat oleh individu untuk membuat proyek, mengubah kebiasaan, mengubah gaya hidup dan pencapaian-pencapaian baru lainnya. Paling baik apabila Resolusi Tahun Baru itu dinyatakan secara tertulis, bersifat realistik, mudah dijangkau, mudah diukur dan spesifik.
Pada tahun yang masih berjalan aku dan keluarga mendapatkan banyak nikmat dari Tuhan. Istriku lulus kuliah dan sekarang meneruskan jenjang S2. Anak pertamaku masuk SMP negeri. Anakku yang ketiga lahir pada 2 September lalu. Aku kembali mendapatkan amanat jabatan, yang dilepaskan saat aku menempuh studi magister.
Pada tahun baru 1434 H aku ingin mencapai hal-hal sebagai berikut:
Kesehatan          : lebih banyak berolah raga, mengurangi makanan manis dan berlemak, memperbanyak konsumsi sayur dan air putih.
Finansial               : menulis di media cetak untuk mendapatkan tambahan penghasilan.
Karier                    : naik jabatan satu tingkat di atas.
Keluarga              : keluarga harmonis, anakku yang kedua bisa membaca Quran.
Membuhul semangat untuk meraih prestasi pribadi dan gaya hidup yang lebih baik. Dengan semangat itu aku ingin lebih maju. Pengalaman membuktikan bahwa pertolongan Tuhan di atas segalanya. Hanya dengannya mimpi-mimpi itu  bisa menjadi kenyataan.
(Achmad A. Arifin tinggal di Sleman, Yogyakarta)

"Melukis Tiga Mimpi dalam Satu Rasa"

oleh Rianto Abdullah pada 12 November 2012 pukul 5:08 ·


Nyanyian hati tak berdawai
Ungkapan jiwa tak berirama
Hanya lukisan tekad yang tergurat
Dalam nada-nada rasa
Kusambut tahun 1434 Hijriah bersama niat yang membara dalam jiwa. Telah kuukir semua tekad dalam api yang berkobar. Telah kurenungkan semua rasa yang tertinggal oleh Sang waktu dalam sebuah muhasabah. Setahun sudah aku melalui catatan hidupku dengan segala warna. Kilas balik sedikit renunganku di tahun yang lalu memang masih terasa belum cukup untuk mencapai target dan misiku. Kegagalan mengikuti banyak lomba menulis, hanya sedikit usahaku mengembangkan potensi di bidang Bahasa dan Sastra Indonesia, dan kegagalan cinta. Itulah sederatan mimpi yang  harus segera kuperbaiki.
Target/mimpi pertamaku adalah menyalakan inspirasi di ujung pena. Dengan menulis Kumpulan Cerpen, Novel, dan membuat Karya Ilmiah. Semua karya itu akan kudedikasikan untuk orang-orang yang mencitaiku dengan setulus hati. Terumama guru-guruku di SMA. Aku sangat merindukan beliau-beliau. Namun, aku belum bisa bertemu dengan guruku sebelum merampungkan karya-karya yang sedang kugarap. Aku memang masih mempunyai hutang kepada guru-guruku. Hutang yang lebih dari sekedar materi, yaitu sebuah prestasi.
Mimpi keduaku adalah mengembangkan segala potensiku di bidang Bahasa dan Sastra Indonesia. Menjadi ketua Himpunan Mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia semoga menjadi jembatan menuju studi banding terhadap Mahasiswa di Universitas lainnya yang akan kembali membakar semangatku. Aku memang seorang Mahasiswa di daerah dari Perguruan Tinggi swasta. Tetapi hatiku mengatakan, semangatku tidak boleh kalah dari mereka, teman sebayaku yang kini menuntut ilmu di Perguruan Tinggi Negeri.
Mimpi ketigaku adalah meresolusi cinta. Tiga kali sayap-sayap cintaku patah. Diamku dengan kesetiaan yang berujung cinta bertepuk sebelah tangan. Diamku berujung seseorang yang hanya dianggap teman atau saudara, tidak lebih. Maka di tahun ini langkah awalku kembali kepada cinta yang hakiki. Cinta kepada sang pemilik cinta.
Resolusi cinta adalah tema terakhirku menutup lembaran terakhir catatan di tahun lalu. hasil dari sisa puing-puing kenangan yang terkubur oleh sang waktu. Aku sadar tidak sendiri dalam menatap mimpi-mimpiku.
Itulah petaku mimpi-mimpiku di tahun 1334 H, peta yang akan selalu kubawa dalam hati dan pikiranku. Peta yang akan kurangkum dengan sebuah rasa semangat. Aku yakin, manusia wajib berusaha namun rencana yang terbaik hanyalah milik Allah Swt.
_________________

Alhamdulillah, meskipun pesertanya cuma dikit, tapi setidaknya masih ada sebagian teman yang mau ikut memeriahkan Tahun Baru kita. Semoga teman-teman yang berpartisipasi diberikan limpahan berkah dari Allah SWT. Amin.

Tungguin pengumuman pemenangnya besok, OK?
:) :)
 

Annisa Ramadona :) Copyright © 2009 Paper Girl is Designed by Ipietoon Sponsored by Online Business Journal