Sunday 24 November 2013

Talkshow di Sriwijaya Radio

0 comments
Semalam (23/11/2013) Pandawa Lima diundang sebagai bintang tamu talkshow di Sriwijaya Radio program Balur (Bareng Dulur) yang dipandu oleh Cek Endun dan Cek Sur. Radio yang berjargon sikok-sikoknyo radio Plembang ini mengangkat tema seputar dunia kepenulisan. Kebetulan, salah satu dosen saya adalah penyiar di sini. Beliau-lah yang merekomendasikan saya dan teman-teman.


Cuma bertiga, Siska sama Dewi gak bisa datang ;'(
Talkshow yang dimulai dari pukul 19.00 WIB ini berlangsung selama dua jam. Setidaknya, ada empat sesi tanya-jawab baik dari penyiar, penelepon, juga sms dan BBM. Pertanyaan yang diajukan alhamdulillah tidak seekstrim penguji sidang skripsi :D

Ini sebenarnya pengalaman kedua saya talkshow di radio seputar dunia literasi. Setahun yang lalu, saya dan Bang Dian juga pernah diundang ke R-Radio Palembang di Jl. Demang Lebar Daun. Waktu itu rasanya tentu lebih menegangkan daripada semalam. Bukan karena penyiarnya, tapi lantaran pengalaman pertama selalu terasa lebih deg-deg-ser... hehe....

Saya masih ingat, sebelum closing talkshow di R-Radio dulu, saya ditanya target saya selanjutnya apa. Waktu itu saya baru beberapa bulan produktif menulis lagi setelah sebelumnya vakum bertahun-tahun. Saya yang baru memiliki tiga buku Antologi menargetkan tahun 2013 setidaknya ada 1 novel solo yang saya tulis. Dan alhamdulillah, ketika semalam ditanya penyiar Sriwijaya Radio, saya bisa menyebutkan 3 novel solo yang sudah saya tulis (juga sudah di-acc penerbit mayor) tahun ini. Cinta Harus Memiliki adalah salah satu yang sempat dibahas. :)

Lalu, semalam pertanyaan yang hampir sama dibacakan Cek Endun dari line sms. Pendengar Sriwijaya Radio itu bertanya apa rencana saya dan teman-teman ke depannya. Dan saya pun menjawab dengan mantap bahwa saya ingin menjadikan menulis sebagai profesi saya. Saya ingin terus menulis dan menggalakkan menulis. Karena menulis sesungguhnya bukan tidak menghasilkan. Menulis bahkan bisa mengurangi pengangguran. Sebab dengan produktif menulis, tidak akan ada waktu untuk menganggur. (Mudah-mudahan, aamiin).

Yang foto berlima itu sama Cek Endun dan Cek Sur, cakep kan? :D

Sunday 17 November 2013

Surat Perjanjian Penerbitan

0 comments
Penerbit Cakrawala merupakan grup dari Penerbit Media Pressindo, Yogyakarta.
Penerbit Cakrawala memfokuskan diri pada tema-tema psikologi (anak, remaja, dewasa), pengembangan diri/self motivation skill, entrepreneur (manajemen bisnis, kewirausahaan), interpersonal skill, gaya hidup/lifestyle, kesehatan, karier, dll.

Alhamdulillah, surat perjanjian penerbitan Nobody's Perfect (bakal novel ke-3) datang bertepatan dengan sidang skripsi saya. Setelah dinyatakan lulus, saya langsung memberi kabar ke Mama dan Mama pun sebaliknya, memberi kabar tentang SPP ini. :)

Friday 15 November 2013

Skripsi So Sweet

0 comments
Alhamdulillah... lulus dengan nilai A itu rasanya sesuatu bingiiit. Nah, karena sudah saya revisi juga, jadi sekarang waktunya posting sebagian isi (Bab 1 dan 6) skripsi so sweet saya yang judulnya "Opini Mahasiswa STISIPOL Candradimuka Palembang Tentang Film Laskar Pelangi" itu di sini. Siapa tahu bisa buat referensi teman-temin :D

Meski begitu, saya gak jamin isinya bener 100% ya... hihi... maklumlah.... ;)

Ini penampakan ketika saya disidang, diambil dari akun FB kampus saya. Kebetulan banget yang difoto itu waktu giliran saya. :))

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Film Indonesia yang kini mulai diminati banyak masyarakat dari anak, remaja sampai dewasa pun tak kalah bersaing dengan film asing, kalau dulu dunia perfilman Indonesia sangat mengkhawatirkan karena tidak adanya produk terbaru dari para anak bangsa atau sineas justru berlainan halnya pada 10 tahun terakhir ini, karena film Indonesia mulai mendapatkan perhatian dari masyarakat. Berbagai film pada 10 tahun terakhir ini sangat beragam, dimulai dari percintaan, perasahabatan, horor sampai film yang menceritakan tentang dunia pendidikan kita.
Dimulai pada tahun 2002 film Indonesia yang sempat menarik perhatian khususnya remaja “Ada Apa Dengan Cinta” selanjutnya diikuti bebagai judul film yang bertema cinta seperti Effel I’m In Love (2004), Heart (2006), Cinta Pertama (2007) tidak hanya bertema cinta yang menarik perhatian penonton tema dalam dunia pendidikan di Indonesia juga ikut meramaikan bioskop yaitu film Laskar Pelangi (2008).
Film Laskar Pelangi adalah salah satu film yang memiliki banyak penggemar. Laskar Pelangi diangkat dari novel pertama karya Andrea Hirata yang diterbitkan oleh Bentang Pustaka pada tahun 2005. Novel ini bercerita tentang kehidupan 10 anak dari keluarga miskin yang bersekolah SD dan SMP di sebuah sekolah Muhammadiyah di pulau Belitong yang penuh dengan keterbatasan. Mereka adalah: Ikal, Lintang; Lintang Samudra Basara bin Syahbani Maulana Basara, Sahara; N.A. Sahara Aulia Fadillah binti K.A. Muslim Ramdhani Fadillah, Mahar; Mahar Ahlan bin Jumadi Ahlan bin Zubair bin Awam, A Kiong (Chau Chin Kiong); Muhammad Jundullah Gufron Nur Zaman, Syahdan; Syahdan Noor Aziz bin Syahari Noor Aziz, Kucai; Mukharam Kucai Khairani, Borek aka Samson, Trapani; Trapani Ihsan Jamari bin Zainuddin Ilham Jamari, Harun; Harun Ardhli Ramadhan bin Syamsul Hazana Ramadhan.
Mereka bersekolah dan belajar pada belajar pada kelas yang sama dari kelas 1 SD sampai kelas 3 SMP, dan menyebut diri mereka sebagai Laskar Pelangi. Pada bagian-bagian akhir cerita, anggota Laskar Pelangi bertambah satu anak perempuan yang bernama Flo, seorang murid pindahan. Keterbatasan yang ada bukan membuat mereka putus asa, tetapi malah membuat mereka terpacu untuk dapat melakukan sesuatu yang lebih baik. Laskar Pelangi merupakan buku pertama dari Tetralogi Laskar Pelangi. Buku berikutnya adalah Sang Pemimpi, Edensor dan Maryamah Karpov. Buku ini tercatat sebagai buku sastra Indonesia terlaris sepanjang sejarah.
Laskar Pelangi merupakan kisah nyata tentang sepuluh anak kampung di Pulau Belitong, Sumatera. Mereka bersekolah di sebuah SD yang bangunannya hampir roboh dan kalau malam menjadi kandang ternak. Sekolah itu nyaris ditutup karena muridnya tidak sampai sepuluh sebagai persyaratan minimal. Pada hari pendaftaran murid baru, Kepala Sekolah dan ibu guru satu-satunya yang mengajar di SD itu tegang. Sebab sampai siang jumlah murid baru sembilan. Kepala Sekolah bahkan sudah menyiapkan naskah pidato penutupan SD tersebut. Namun pada saat kritis, seorang ibu menadaftarkan anaknya yang mengalami keterbelakangan mental. Semua gembira. Harun, nama anak itu, menyelamatkan SD tersebut. Sekolah pun tak jadi ditutup walau sepanjang beroperasi muridnya cuma sebelas.
Kisah luar biasa tentang anak-anak Pulau Belitong itu ditulis dalam novel dengan judul “Laskar Pelangi” oleh Andrea Hirata, salah satu dari sepuluh anak itu. Di buku tersebut Andrea mengangkat cerita bagaimana semangat anak-anak kampung miskin itu belajar dalam segala keterbatasan. Mereka bersekolah tanpa alas kaki, baju tanpa kancing, atap sekolah yang bocor jika hujan, dan papan tulis yang berlubang hingga terpaksa ditambal dengan poster Rhoma Irama. Kisah yang tadinya bukan untuk diterbitkan itu ternyata mampu menginspirasi banyak orang.
Seorang ibu di Bandung, misalnya mengirim surat ke Kick Andy. Isinya meminta agar kisah tersebut diangkat di Kick Andy karena anaknya yang membaca buku ini bertobat dan keluar dari jerat narkoba. Sementara Sisca yang hadir di Kick Andy mengaku setelah membaca novel itu, terdorong untuk memperbaiki hubungannya dengan sang ayah yang selama ini rusak. Begitu juga Febbi, salah satu pembaca, langsung terinspirasi untuk menyumbangkan buku untuk sekolah-sekolah miskin di beberapa tempat.
Andrea sendiri mengaku novel itu awalnya hanya merupakan catatan kenangan terhadap masa kecilnya di Belitong. Dia selalu teringat sahabat-sahabatnya di masa kecil, terutama Lintang. Sebab tokoh Lintang merupakan murid yang cerdas dan penuh semangat walau hidup dalam kemiskinan. Setiap hari Lintang harus mengayuh sepeda tua yang sering putus rantainya ke sekolah. Pulang pergi sejauh 80 km. Bahkan harus melewati sungai yang banyak buayanya.
Mereka, Laskar Pelangi-nama yang diberikan Bu Muslimah akan kesenangan mereka terhadap pelangi- pun sempat mengharumkan nama sekolah dengan berbagai cara. Misalnya pembalsan dendam Mahar yang selalu dipojokkan kawan-kawannya karena kesenangannya pada okultisme yang membuahkan kemenangan manis pada karnaval 17 Agustus, dan kejeniusan luar biasa Lintang yang menantang dan mengalahkan Drs. Zulfikar, guru sekolah kaya PN yang berijazah dan terkenal, juga memenangkan lomba cerdas cermat.
Laskar Pelangi mengarungi hari-hari menyenangkan, tertawa dan menangis bersama. Kisah sepuluh kawanan ini berakhir dengan kematian ayah Lintang yang memaksa Einstein cilik itu putus sekolah dengan sangat mengharukan, dan dilanjutkan dengan kejadian 12 tahun kemudian di mana Ikal yang berjuang di luar pulau Belitong kembali ke kampungnya. Kisah indah ini diringkas dengan kocak dan mengharukan oleh Andrea Hirata kita bahkan merasakan semangat masa kecil anggota sepuluh Laskar Pelangi ini.
Film Indonesia yang dulu beredar bulan September 2008 ini menjadi film yang paling ditunggu-tunggu. Proses syuting dilakukan langsung di lokasi sebenarnya di pulau Belitong. Tokoh-tokoh utama anak-anak mengambil anak-anak asli Belitong. Ikal anak-anak akan diperankan aleh Zulfany 12 tahun. Didukung oleh aktor dan aktris kawakan seperti: Ikranegara (Pak Harfan, kepsek Muhammadiyah), Cut Mini (Bu Mus), Rieke DP (Ibu Ikal), Mathias Muchus (Ayah Ikal), Lukman Sardi (Ikal dewasa), dan Tora Sudiro (Pak Mahmud, tokoh baru).
Berangkat dari urutan dan sejarahnya dari sisi cerita yang mengambil tentang dunia pendidikan yang memprihatinkan di masyarakat di pedalaman Belitong membuat film ini berbeda dengan film-film lainnya. Film ini mendapat sambutan hangat dari para penonton, hal ini dapat terlihat dari jumlah penontonnya yang sangat banyak di bioskop dan berbagai macam penontonnya bukannya hanya dari anak-anak, remaja orang dewasa sampai para pejabat tinggi Pemerintahan, seperti Bapak Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), Bapak Jusuf Kalla (JK) ikut menonton Film Laskar Pelangi tersebut.
Dikarenakan segmen pasar film ini ditujukan untuk semua kalangan, maka penulis memilih mahasiswa sebagai objek penelitian. Mahasiswa adalah kalangan intelektual yang penuh bakat dan potensi yang dalam usia tersebut mengalami suatu peralihan dari tahap remaja ke tahap dewasa. Sosok mahasiswa juga kental dengan nuansa kedinamisan dan sikap keilmuwan yang dalam melihat sesuatu berdasarkan kenyataan objektif, sistematis, dan rasional.
Produksi Film dan Televisi merupakan salah satu mata kuliah yang diajarkan pada mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi STISIPOL Candradimuka. Mata kuliah tersebut bukan hanya mengajarkan mengenai teori film dan program televisi, tapi juga teknis dan penggarapannya. Dalam sebuah komunitas, mahasiswa ini juga telah menghasilkan beberapa film indie. Sehingga secara teoritis dan praktis mereka dinilai mampu dalam menilai dan mengkritisi sebuah film.
Berdasarkan yang telah dipaparkan di atas, penulis merasa perlu untuk melakukan penelitian skripsi dengan judul “Opini Mahasiswa STISIPOL Candradimuka Palembang tentang film Laskar Pelangi”.

1.2 Identifikasi dan Rumusan Masalah
1.2.1 Identifikasi Masalah
Adapun identifikasi masalah yang diteliti adalah: “Adanya perbedaan opini yang timbul di kalangan mahasiswa STISIPOL Candradimuka Palembang tentang film Laskar pelangi.”
1.2.2 Rumusan Masalah
Adapun perumusan masalah dalam penelitian ini adalah: “Bagaimana opini mahasiswa STISIPOL Candradimuka Palembang tentang film Laskar Pelangi.”

1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan dilakukan penelitian ini adalah untuk mengetahui opini mahasiswa STISIPOL Candradimuka Palembang tentang film Laskar Pelangi.

1.4 Manfaat Penelitian
1.         Secara akademik, penelitian ini dapat disumbangkan kepada STISIPOL Candradimuka khususnya Jurusan Ilmu Komunikasi dalam rangka memperkaya bahan penelitian dan sumber bacaan.
2.         Secara teoritis, penelitian ini berguna untuk memperkaya khasanah penelitian serta memperluas wawasan peneliti dan mahasiswa STISIPOL Candradimuka.
3.         Secara praktis, melalui penelitian ini dapat diketahui bagaimana opini mahasiswa STISIPOL Candradimuka tentang film Laskar Pelangi yang kemudian dapat dijadikan masukan dalam produksi film oleh sineas muda lain terutama mahasiswa STISIPOL Candradimuka Palembang.

BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
1. Dari beberapa pembahasan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa mahasiswa STISIPOL Candradimuka memiliki opini positif terhadap film Laskar Pelangi. Hal ini dapat dilihat dari 48,8 persen opini mahasiswa STISIPOL Candradimuka Palembang beropini positif mengenai film Laskar Pelangi. Sedangkan 46,8 persen memberi opini pasif, dan 4,9 persen responden beropini negatif.
2. Bila dilihat dari grafik total opini rata-rata responden ada pada kelas pasif dengan kecenderungan ke kelas positif, yang berarti dalam perbedaan pendapat yang ada tentang film Laskar Pelangi, mahasiswa STISIPOL Candradimuka Palembang cenderung beropini bahwa film Laskar Pelangi adalah positif bagi penontonnya.
3. Bila dilihat dari salah satu butir kuesioner, responden menaruh harapan pada Film Laskar Pelangi agar dapat menjembatani masyarakat dan pemerintah guna memperbaiki pendidikan di daerah terpencil. Hal ini dapat dilihat dari jumlah responden yang sangat setuju sebesar 62,2 persen sedangkan yang tidak setuju sebesar 1,2 persen.


5.2 Saran
1. Diharapkan Miles Production selaku Production House yang memproduksi film Laskar Pelangi serta sineas muda lainnya agar lebih memperbanyak film bertema pendidikan sehingga dapat memberi inspirasi bagi penontonnya.
2. Diharapkan agar para responden lebih memperhatikan tontonan yang fungsinya memberikan informasi pendidikan dan merekomendasikan film yang lebih bermutu untuk ditonton agar para khlayak meniru perilaku yang positif dan bermanfaat bagi mereka.
3. Diharapkan pemerintah lebih memperhatikan lagi dunia pendidikan kita saat ini. Terutama sekolah-sekolah yang ada di desa-desa terkecil, untuk memperhatikan kelayakannya seperti: bangunan sekolah, fasilitas belajar, ruang belajar, guru yang memadai dan lain sebagainya. Dan itu semua juga tidak lepas dari bantuan para orang tua dan masyarakat sekitar untuk ikut mensukseskan program pemerintah tersebut.

Tuesday 12 November 2013

Tentang Kita; 5 Pandawa

3 comments
Pagi ini kita berdeg-degan massal oleh lembaran kertas tebal berlabel SKRIPSI. Menerka-nerka pertanyaan atau pun siapa dosen penguji kita sambil sesekali merapal doa. Ketika kemudian satu persatu kita dipanggil ke ruang eksekusi, rapalan doa dan deg-degan itu makin menjadi. Kita mulai saling mendoakan di samping mendoakan diri sendiri.

Siang ini deg-degan itu berganti senyum sumringah. Rapalan doa berganti lafaz hamdalah. Hasil dari perjuangan empat tahun di kampus oranye ini didapat sudah. Kita lulus! Kita berbahagia, sekaligus gelisah. Bukankah lulus, sama artinya dengan berpisah?


Kelak, masihkah kita akan duduk-duduk di teras kampus sambil menahan pedasnya Tekwan Mamang Subhanallah dan berhah-huh mengibasi bibir yang terasa panas itu seraya menunggui Es Kembang Tahu? Nanti, masihkah kita berteriak-teriak di lobi dan merutuki tugas-tugas dosen atau sekadar merecoki meja kerja Mbak Tiwi?

Akankah kita rindu pada sederet bangku paling depan yang biasa kita jajah? Juga pada diskusi antar kelompok yang kadang membuat kita gerah?

Dan... akankah kita masih bisa nge-mall, foto-foto, berkuliner sambil ngerumpi meskipun satu-satu kita mulai menikah?

Di STISIPOL Candradimuka, aku dipertemukan dengan teman–teman yang ‘aku banget’. Mereka layaknya vitamin yang selalu memberikan energi bagiku setiap harinya. Alhamdulillah, aku bahagia bersama mereka.

Namun, aku tak boleh menganggap mereka sebagai psikologku ataupun orangtua asuhku di kampus. Yang mungkin akan siap mendengarkan keluh kesahku serta memberikan the best result untuk setiap masalah yang kuhadapi. Karena semua orang juga punya masalah. Aku yakin mereka pun akan mual jika bolak balik mendengarkan curhatku. Tapi aku butuh pendengar dan penasehat setia, ya Tuhan…!

Jujur, STISIPOL Candradimuka tak bisa terlupakan dari ingatanku. Bagaimana tidak, kisah-kisah yang tak pernah ada dalam cita–cita masa kecilku, kini benar–benar kualami. Romansa cinta yang rumit, mendadak selebritis, ditawari oleh menjadi guru bahasa Inggris oleh Dosen, ikut Ajang Bujang Gadis Kampus meski tak jadi finalis, dan masih banyak lagi. (Curhatan Mami di Aku, Kamu, Kita, dan Candradimuka-2012)

 Aku mendapatkan sesuatu yang tak bisa ku dapatkan di manapun. Menemukan mereka yang sudah menjadi sahabatku. Bukan sekedar sahabat biasa, melainkan sahabat yang sudah kuanggap seperti saudara sendiri. Ada yang kurang bila aku sendirian. Ada yang hilang bila salah satu tak datang. Lebih dan kurang, kutuangkan di sini, bersama mereka. Persahabatan kami tak semulus yang terlihat dan orang bayangkan. Ada kala pertengkaran terjadi, ada kalanya pula kerinduanpun melanda. Tapi kami tetap tertawa melihat keanehan yang setiap hari kami perbuat. Chika, Dona, Andien, DJ dan aku, Any. Orang-orang menjuluki kami dengan berbagai nama, salah satunya “Pandawa Lima”. Katanya kami terlihat seperti lima pendekar, walaupun sebenarnya bukan. (Curhatan Aa' di Aku, Kamu, Kita, dan Candradimuka-2012)
 

Aku memiliki 4 sahabat. Yang pertama namanya Ninis. Dia orang yang supel, tapi tidak terlalu banyak bicara. Hobinya makan dan tidur. Ninis sangat menyukai warna biru dan hitam, sama seperti ku. Lagu Korea dan Jepang adalah lagu favoritnya.

Di dalam kelompok kami juga ada seseorang yang kami tuakan, walaupun dia sebenarnya tidak terlalu tua. Kami memanggilnya “Mamy”. Meskipun dia kami tuakan, terkadang malah Mamy yang bersikap seperti anak kecil. Dia cerewet ,gampang sekali menangis, apalagi jika sedang patah hati. Mamy paling hebat dalam urusan Bahasa Inggris karena dia seorang guru bahasa inggris. Jika kamu melihatnya, mungkin kamu akan heran. Mamy PD sekali, tak peduli siapapun yang sedang ada di sampingnya. Dan satu hal lagi, Mamy adalah lawan bertengkarku.

Nah, berikutnya temanku Siska. Dia bisa kita sebut sebagai “Miss Online”. Mengapa aku menyebutnya begitu? Karena bagi Siska, tiada hari tanpa online. Siska juga merupakan orang yang mudah dekat dengan siapa saja, dia sangat cerewet, sangat hobi bercerita tentang segala hal termasuk tentang kehidupan asmaranya. Selain itu, dia juga up to date dengan yang namanya teknologi.

Setiap hari kami selalu berkumpul bersama. Salah satu tempat favorit kami adalah teras di dekat pintu masuk. Di tempat itulah kami selalu menceritakan segala hal. Mulai dari yang ceria sampai yang sedih.

Setiap harinya beragam keceriaan kami lakukan, meskipun terkadang ada juga kesedihan yang terpancar. Asal kamu tahu, salah satu orang yang selalu membuat kesediahan itu adalah Mamy.

Tetapi kesedihan itu tidak akan terjadi lama dalam kelompok kami karena kesedihan itulah yang terkadang diplesetkan sehingga membuat kami tertawa kembali. Maka dari itu, bisa kubilang karena merekalah hidupku berubah seratus persen. (Curhatan Dewi di Aku, Kamu, Kita, dan Candradimuka-2012)

 

Annisa Ramadona :) Copyright © 2009 Paper Girl is Designed by Ipietoon Sponsored by Online Business Journal