Friday 31 May 2013

Sampai Jumpa Lagi, Mei

2 comments
Hmm... Sudah di ujung bulan rupanya. Banyak hal yang terjadi di bulan kelahiranku ini. Pengen cerita semuanya, tapi kepentok waktu terus. Makanya baru disempet-sempetin sekarang. Tepat di hari penutupan :)

Ada kiriman Diva Press yang akhirnya sampai di tangan. Silabus Menulis Fiksi yang gratisss, juga lima buku hadiah lomba Japan in Love. Walau belum jadi juaranya, tapi bisa masuk sebagai kontributor pun rasanya sudah sesuatu :D

Silabus Menulis Fiksi Gratis dari Diva Press
Hadiah Lomba Cerpen Japan in Love Diva Pres
Jalan-jalan sore ke Danau OPI ini bisa dibilang dadakan. Duduk di pondok sambil menikmati jagung bakar dan dogan berasa adem banget. Apalagi ada Bang Dian yang duduk di sebelah plus yang bayarin juga :D

Bang Dian, Dogan, dan Jagung Bakar pinggir OPI
Matahari terbenam :)
Surprise dari keluarga. Ada tekwan dan pempek ala Yuk Opi. Sifa serasa ultah juga :D

Ultah yang ke??? :P

Tapi, kewajiban terhadap pelanggan juga harus dipenuhi dong ;)

Lembur garap undangan Yuk Sari
Lembur orderan dari Sembilang
Berkat orderan TN Sembilang yang barangnya minta dianter ke South Sumatera Expo, jadinya sambil menyelam minum susu deh ^^ Gak sekeren Sriwijaya Ekspo yang biasanya di Dekranasda itu sih. Tapi lumayanlah buat cuci mata. Mampir ke Gagasmedia juga. Kalo Bang Dian, langsung foto duit satu plano :D

Suasana South Sumatera Expo
Narsis di Sumsel Ekspo
Terus, berepot-repot ria ngurusin pindahan PMSB. Mulai dari packing barang, angkut-angkut, bersih-bersih, sampai berbenah. Akhirnya PMSB dengan alamat baru siap beroperasi 27 Mei lalu.

Sibuk Pindahan PMSB, koleksiku ikut diangkut :)
Beres-beres PMSB baru
PMSB SMA 11 Pakjo Ujung telah siaaap :D
Nah, penutupnya itu MoU dari Diva Press ini :) :)

MoU Diva Press
Perjanjian Penerbit Pengarang
Mei, makasih yaaa... Walaupun ada cerita sedih (dikit) soal skripsi itu, tapi gak apalah. Aku ikhlas. Apalagi setelah denger cerita dari Bang Dian waktu ada salah satu staff sana yang kebetulan order. Kayaknya mereka sudah kena batunya deh. Ketua B**K bahkan nitip salam dan maaf juga waktu gak sengaja ketemu Bang Dian magriban di masjid Abi Hasan itu. Yaaa, semoga semua bisa narik hikmahnya aja :)

Jadi, bisa dibilang, ending bulan ini manissss banget. Semoga Juni dan bulan-bulan berikutnya jugaaa.... ^^

Friday 24 May 2013

Menjajal Bisnis Modal Nekad

1 comments
Mendengar kata bisnis, ingatanku langsung kembali pada masa-masa sibuk 2010 lalu. Waktu itu aku memutuskan resign dari TV komunitas di mana aku menjadi salah satu crew-nya. Itu karena Bang Dian yang telah bergabung dengan Entreprenuer University, berhasil menularkan virus-virus wirausaha padaku. 

Selain membuka Percetakan Muslim Sukses Barokah, Desember 2010 Bang Dian juga mengajakku menjajal usaha kuliner. Kami memberinya nama Mie Aceh Lesehan Lezat alias MALL. Dengan modal nekat, usaha ini kami buka. Aku dan Bang Dian menggaet mama untuk mengelola warung masakan khas Aceh ini.

26 Desember 2010, malam persiapan opening MALL
Tampak depan Mall

Setidaknya ada 4 menu spesial yang kami tawarkan. Mie Aceh, Rujak Merem Melek, Es Timun Bahagia, dan Kopi Nyetrum. Alhamdulillah, ternyata banyak juga yang penasaran. Mulai dari sahabat, teman, kenalan, sampai yang belum dikenal juga icip-icip menu ini.

Menu MALL
Pelanggan MALL
Hari-hariku lumayan padat selama mengurusi usaha kami. Subuh-subuh, aku memebereskan urusan rumah, lalu pukul delapan harus sudah di kampus untuk kuliah. Zuhur, aku mengurusi percetakan. Selepas maghrib, lanjut ke MALL sampai tutup pukul sepuluh malam. Capek? Pasti. Tapi aku dan Bang Dian cukup menikmati.
 
Sayangnya, kami harus mengistirahatkan MALL di 27 Desember 2011 karena berbagai faktor. Tidak fokus, lokasi MALL yang terlalu jauh dari pusat kota, manajerial yang kurang baik, mama yang kelelahan, serta menurunnya minat pelanggan. 
 
Aku dan Bang Dian kemudian berusaha fokus di satu bidang saja. Menekuni Percetakan Muslim Sukses Barokah yang sekarang masuk tahun ke tiga. Kalau pun pada akhirnya karena hobi menulisku, aku mencoba terjun ke dunia penerbitan dan membuka 27 Aksara pada Mei 2012, aku yakin masih bisa fokus karena percetakan dan penerbitan sebenarnya masih berkaitan.
 



MONI, 27 Aksara

Sepanjang Masa, 27 Aksara

Alhamdulillah, dengan berbisnis begini aku merasa benar-benar free... free... free... (ala iklan Sherina ^^) Bebas mengatur waktu, bebas mengisi saku. Bisa ke sini-situ, bisa beli ini-itu. Dan yang terpenting, bisa bantu ortu. :)


 

Tulisan ini disertakan pada: Give Away : Perempuan dan Bisnis.

Thursday 23 May 2013

Si Mungil yang Nangkring di Kelingking

3 comments
Benda kesayangan? Hmm... aku termasuk penyayang semua yang kumiliki. Tapi untuk giveaway-nya Artha kali ini aku pilih si perak yang melingkari salah satu jariku.

Benda ini sengaja gak kukasih nama. Gak kepikiran memang. Toh, di sisi dalemnya sudah terukir sebuah nama. Dian LP.

Cincin ini memang sepasang. Spesial dari Bang Dian tepat di hari ulang tahunku Mei 2010 lalu. Kira-kira lima bulan setelah kami jadian. Walaupun tepat di hari ulang tahunku, tapi sebenarnya cincin ini bukan kado ulang tahun. Untuk merayakan hari kelahiranku itu, Bang Dian sudah lebih dulu memberi surprise plus sebuah Al-quran kecil sebagai kado.

Nah, setelah rangkaian surprise itulah, Bang Dian mengajakku ke bundaran air mancur di samping Masjid Agung Palembang. Di tengah kerlip lampu warna-warni dan gemercik air mancur itu, Bang Dian menyematkan cincin perak di jari manisku sambil bilang, "Adek, galak dak jadi istri Abang?" -->Kalimat ini kalo diucapin sekarang, selalu bikin kami berdua ngakak. Loh kok? Bukannya romantis? Gak tau deh, geli-geli gimana gitu ngebayanginnya lagi ^^
Malam itu di bundaran air mancur ^^
Tapi, ini bukan lamaran main-main ala ABG baru jadian. Karena begitu  pulang, Bang Dian langsung mengutarakan niatnya itu ke Mama. Sayang, berhubung masih sama-sama kuliah, jadi Mama menunda niat baik itu sampai kami -paling tidak- menyelesaikan studi masing-masing.

Sejak malam itu sampai sekarang, cincin ini melekat di jariku. Hanya saja posisinya telah berubah seiring dengan berat badanku yang perlahan naik. Mungkin karena terlalu bahagia menjalani hari-hari bersama Bang Dian kali ya? :p

Mama pernah marah waktu aku masih maksain cincin itu melekat di jari manis. Padahal sudah sesak banget keliatannya. Karena gak rela kalo harus dilepas, jadi kuputuskan untuk memakainya di jari kelingking.


Si cincin telah pindah ke kelilngking :D
Alhamdulillah, sekarang hubungan kami sedang jalan tiga tahun lebih lima bulan. Bang Dian sudah wisuda awal tahun lalu. Sementara aku insyaallah segera menyusul. Rencana pernikahan juga sudah disusun. Meskipun kedua keluarga belum bertemu langsung, tapi rundingan tanggal, tempat, dan hal-hal lain sudah sering dibicarakan via telepon.

Kini, jari manisku yang kosong telah diisi oleh cincin emas pemberian (calon) nenek mertua. Senangnya.... :D

Wednesday 22 May 2013

Lomba Menulis Cerpen Remaja 2013 Oleh WR

0 comments


Paling Lambat: 17 November 2013, Pukul 24.00 WIB
Lomba ini diselenggarakan oleh Writing Revolution, yang berkantor pusat di Kota Yogyakarta. Lomba ini berskala nasional dan boleh diikuti oleh siapa saja dengan syarat dan ketentuan tertulis di bawah ini.
*20 Cerpen Nominator Dibukukan.
Tema Umum: Seputar Dunia Remaja
PESERTA:
Anggota SMCO, Umum : Pelajar, mahasiswa, guru, dosen, penulis pemula, penulis senior, dan siapa saja boleh ikutan, dengan ketentuan khusus (baca poin selanjutnya).

SYARAT PENULISAN:
  1. Jumlah 4-8 halaman, spasi ganda (2), jenis huruf Times New Roman font 12, ukuran kerta A4.
  2. Margin (garis): atas, bawah, samping kiri dan kanan (semua sisi 3 cm atau 1,18 inci), beri nomor      halaman.
  3. Kesesuaian dengan tema lomba, tidak mengandung asusila, ponografi dan kekerasan berlebihan, serta tidak menyinggung SARA.
  4. Biodata penulis ditulis di bagian akhir naskah cerpen, halaman biodata tidak dihitung sebagai halaman naskah cerpen.
  5. Mencantumkan Nomor Anggota SMCO WRITING REVOLUTION (bagi anggota SMCO) di bagian biodata atau bukti transfer registrasi bagi peserta umum. Jika tidak ada salah satunya, cerpennya dinyatakan GUGUR.
  6. Kirim naskah cerpen ke alamat email: lombacerpen2013@gmail.com (dengan menulis di judul/subjek email: LMCR 2013 – Judul Cerpen)
  7. Setiap peserta hanya boleh mengirim 1 cerpen terbaiknya.
  8. Cerpen tidak pernah diikutkan pada lomba cerpen atau tidak pernah diterbitkan di media cetak atau online, FB, Blog atau tidak pernah dipublikasikan dalam buku antologi.
  9. Syarat penulisan dan kelengkapan naskah menjadi faktor penentu lolos tidaknya naskah cerpen seleksi pertama untuk dinilai oleh Dewan Juri.
KETENTUAN PESERTA:
  • Gratis untuk Anggota SMCO.
  • Peserta Umum (bukan anggota SMCO) membayar uang registrasi Rp 35.000,- (sebagai uang ganti buku antologi pemenang dan ongkos kirim) dan berhak mendapatkan 1 eksemplar buku Antologi Pemenang LMC 2013. Cara pembayaran registrasi lomba bisa dilihat di bagian bawah informasi lomba ini.
KRITERIA PENILAIAN
  • Orisinalitas.
  • Kreativitas pengolahan ide.
  • Kedalaman pesan.
  • Keindahan bahasa, kaidah penulisan dan kelengkapan naskah.
PENGUMUMAN PEMENANG:
Pengumuman 20 Nominator 15 Desember 2013, Pengumuman Pemenang 31 Desember 2013.
HADIAH:
  • Juara I: Rp 2.000.000,- (ditambah Buku Antologi Cerpen Pemenang dan sertifikat penghargaan).
  • Juara II: Rp 1.000.000,- (ditambah Buku Antologi Cerpen Pemenang dan sertifikat penghargaan).
  • Juara III: Rp 750.000,- (ditambah Buku Antologi Cerpen Pemenang dan sertifikat penghargaan).
  • Tiga Pemenang Favorit @ Rp 200.000,- (ditambah Buku Antologi Cerpen Pemenang dan sertifikat penghargaan).

KETENTUAN MENGIKAT
  1. Keputusan DEWAN JURI tidak bisa diganggu gugat.
  2. Panitia tidak MELAYANI SURAT-MENYURAT.
  3. DEWAN JURI berhak membatalkan keputusannya, jika di kemudian hari diketahui karya pemenang lomba melanggar karya cipta orang lain (plagiat)atau mengikuti lomba sejenis atau telah dimuat di koran/majalah.
  4. HAK CIPTA tetap ada pada penulis, sedangkan PANITIA memiliki HAK untuk MEMPUBLIKASIKANNYA (membukukkannya).
NOMOR KONTAK:
*085763208009, 082325247708, 087739109758
CARA PEMBAYARAN REGISTRASI LOMBA:
1) Transfer uang pendaftaran lomba Rp 35.000,- ke salah satu rekening bank berikut ini:
  • BCA:  2200-451-972 *Joni Lis Efendi, Cabang Pekanbaru
  • BNI: 023-9924-067 *Joni Lis Efendi, KCP Panam
  • BRI: 2087-01001-202500 *Joni Lis Efendi, KCP Panam
  • BSM/Bank Syariah Mandiri:  095-7046-370 *Joni Lis Efendi, KCP Panam
2) Kirim file foto/scan bukti transfer (file terpisah) bersama file naskah cerpen ke email: lombacerpen2013@gmail.com
3) Tulis alamat lengkap pada bagian biodata peserta (di halaman terakhir cerpennya). Alamat ini digunakan untuk pengiriman buku Antologi Pemenang Lomba. Apabila alamatnya tidak lengkap, maka itu di luar tanggung jawab kami jika kiriman bukunya tidak sampai.
Info Lengkap klik: www.writing-revolution.blogspot.com

Tuesday 21 May 2013

Kata Editor-ku :)

1 comments
Di benakku, yang namanya editor itu pastilah killer. Hehe. Yaiyalah, kan mereka yang mengeksekusi naskah kita. Mirip-mirip kayak guru matematika, kimia, atau fisika gitu (ketauan akunya lemot eksak ^^). Nah, Mas GRS pun kupikir begitu. Soalnya aku suka ngestalk medsosnya dan sering banget nemu kalimat-kalimat tajem di status, twitter, dan blog Mas GRS. Ya, walaupun yang diomongin banyak benernya juga. Tapi kan bikin mengkeret kalo harus ngomongin naskah sendiri yang jelas-jelas edisi perdana. Beneran masih pemula :D

Lamaaa, sekitar dua bulan naskah itu ngantri buat dieksekusi. Aku gak berani nanya juga sih. Soalnya takut ganggu. Kan umumnya memang tiga bulanan. Tapi tadi iseng-iseng ku-email Mas GRS buat nanyain kabar sang novel perdana itu. Eh, alhamdulillah langsung dibalas. Tumben banget. Kemaren-kemaren si Mas (yang memang) kayaknya sibuk ini suka berhari-hari baru balas email.

Ada bagian yang sengaja disensor :p

Asli, seneng banget baca email yang lumayan panjang itu. Pikiran aneh-aneh tentang sosok editor jadi hilang gitu aja. Hehe.

Sebenernya sih, pertama kali baca novel terbitan sini, editornya kebetulan si mas GRS. Terus, langsung kucari dan ku-add akun FB-nya. Dari situ aku mulai tau medsos-nya yang lain. Dan belajarlah aku dari tulisan maupun kritikannya. Waktu nulis novel perdana ini, aku juga sempet ngarep si Mas yang kelak jadi editorku. Eh, ternyata dikabulin. :D

Dari emailnya hari ini, aku jadi mikir-mikir buat nulis yang berikut-berikutnya. Kan, akhir-akhir ini aku suka asal nulis. Yang penting jadi. Padahal aku sendiri sebenernya gak begitu sreg. Harusnya makin ke sini, akunya mesti ada kemajuan kan? Harus lebih baik, lebih baik, dan lebih baik lagi.

Tapi alhamdulillah, berkat email-nya Mas GRS, aku merasa ditegur. Jadi pengen memaksimalkan yang sedang dan akan kugarap. Biar gak mengecewakan pembacanya kelak, aamiin.... :)

Thursday 16 May 2013

Apo Dio Perasaan?!

0 comments


Ini lanjutan curhat Don waktu itu. Sengajo dak ditulis langsung pas hari H karno lagi esmosi-esmosinyo, takut gek yang keluar malah aib-aib yang dak seharusnyo tekeluar. Jadi, mumpung hari ini ado selo becerito, kebetulan dak esmosi lagi, makonyo Don curhatin bae sekalian. Kan tanggung curhatan waktu tu katek endingnyo :D

Nah, Senin kemaren Don ke kampus. Cuma nak minta tando tangan Kajur. Soalnyo Don sudah mbuletke tekad sesudah rundingan samo Mama dengen Bang Dian. Don nak periode duo bae. Kalo Allah memang dak ngijinin periode satu, ngapoi nak makso-makso minta selipke namo Don, yo kan?

Ce-eS-an Don seneng galo lah, wong kito akhirnyo pacak wisuda bareng (insyaallah) jadi Don semangat jugo, dak sedih lagi.

Sampe jam sepuluh Kajur belum jugo keliatan, Bang Dian sudah jemput. Jadi Don balek ke PMSB. Yo Don pikir dak masalah jugo kalo belum nak periode satu. Kan pacak nyantai, dak nak dikejer-kejer gino. Eh, pas sampe Pakjo, ado sms dari mbak resepsionis. Nanyo mano skripsi Don. Yo Don bales, kan Bapak itu nyuruh Don periode duo bae. Yo sudah periode duo. Dak dibales mbaknyo lagi.

Sorenyo jam limo kurang, ado sms dari staff komunikasi, nyuruh Don daftar saat itulah, fotokopi terus jilid terus kumpul skripsinyo. Helo? Hari terakhir, jam limo pulo disuruh kumpul berkas? Mokasih nian. Don bales bae mirip dengen balesan ke mbak resepsionis. Kan bapak itu sabtu kemaren jelas-jelas ngomong dak pacak bahkan kalo Don dateng ngadep dio senen pun katonyo masih nak periode duo tu la. Jadi sekalian bae dak usah nian. Don mokasih samo mbak staff itu, kan dio sebenernyo nurut perintah bae.

Nah, pas abis magrib, mbak resepsionis sms lagi minta namo pembimbing 1,2 Don. Langsung Don telpon. Tapi dak diangkat-angkat, jadi Don sms panjaaang nian. Intinyo Don dak nak ikut periode duo. Terus mbaknyo bales, katonyo bapak itu yang nyuruh. Nah lo?

Jadi Don telpon lagi mbaknyo. Diangkat. Don jelasin panjang lebar sambil nahan ati, nahan banyu mato. Sedih nian cak dimaen-maenke cak itu. Apo dio perasaannyo cubo? Yang paling dak ngenakke itu mbak resepsionis ngomong kalo bapak itu dak ngeraso pernah ngomongke Don periode duo bae. Apooooo??? Don jelaske samo mbaknyo kalo Aa' Any saksinyo. Trus Don minta tolong jangaaaan nian daftarke Don di periode satu, Don dak bakal dateng.

Aneh... nian. Sori es, dak segalo wong diso dimaen-maenke cak itu. Emang Don budek apo? Emang Don masih TK apo sangkeng dak pacak bedake antara angko duo dengen satu? Plis deh.

Jadi, mbak resepsionis cuma biso ngomong, "Yang sabar ye." Nahan nangis Don jawab, "Iyo." Terus Don tutup telpon sambil ngucapke mokasih.

Abisnyo Don langsung tenangis dewek. Esmosi nian rasonyo. Pikirnyo Don ni maenan apo? Sidang skripsi tu bukan jugo hal yang pacak ditarek ulur selemaknyo. Ado duit yang nak dibayarke, ado berkas-berkas yang nak dikumpulke. Madak'i pulo la tanggal 13 malem malah makso-makso Don ikut periode satu? Bukannyo bapak itu dewek yang la nutup pendaftaran pas tanggal 11 kemaren? Yo sudah, Don kan nurutin omongannyo lah, periode duo yo periode duo.

Huft. Dak abis pikir, ado raso nyesek nian karno di novel perdana Don agek settingnyo make kampus itu, demi apo? Demi cinto. Don tadinyo mikir samo nuliske yang bagus-bagusnyo bae. Lupooo nian kalo ado oknum-oknum yang kadang pacak ngelukoi pemikiran itu. Dan akhirnyo, Don putuske, (insyaallah) Don dak nak nulis dengen setting tempat itu lagi.

Kebetulan, novel keduo Don baru ACC kemaren. Redaksinyo minta sekalian kelengkapan naskah termasuk ucapan terima kasih samo biodata narasi. Dan, Don editlah biodata yang biasonyo Don pake. Tanpa nyantumin namo kampus lagi. Sampe kapan? Yo, paling dak sampe sakit ati Don sedikit terobati.

Dendem?

Idak lah...

Cuma nyesek bae :p

Sunday 12 May 2013

Kecewa Tingkat Akhir

3 comments


Kecewa itu manusiawi kan ye?

Oke, dak masalah lagi buat Don kapan nak sidang skripsi tu. Mama-papa jugo dak mempermasalahkenyo. Bang Dian jugo. Seluruh keluargo malah mbesakke ati Don. Katonyo 'ambek hikmahnyo bae'. Mungkin emang Don disuruh bareng kawan-kawan yang laen. Mungkin jugo Don disuruh nurunin berat badan dikit biar kebaya wisudanyo muat... hehe.

Mungkin kecewa itu karno seharian kemaren perjuangan Don endingnyo dak ngenakke ati.

Dari pagi sebelum kampus buka, Don sudah tecogok nungguin Pembimbing 1 buat bimbingan terakhir minta ACC sidang. Ini jugo setelah nungguke dari sabtu minggu kemaren dak ketemu-ketemu samo dosennyo. Makan nasi bae idak sangking nak ngurusi skripsi itu. 

Dosennyo dateng jam satuan katonyo. Tapi ditunggu-tunggu belum nongol jugo. Akhirnyo Don ajak Aa' makan pempek kapal selem di Mancek. Sebentar cuma, abis itu balik ke parkiran duduk deket Mamang tekwan. Nah, tibo-tibo bapaknyo nongol, la nak ngidupke motor. Artinyo nak balek kan ye? Nyisip dikit be gagal ACC. Untung bapaknyo galak diajak jingok skripsi Don. Ado yang dicoret dikit, terus ACC. Alhamdulillah nian.

Sudahnyo Don naek ke kantor. Nak daftar rencanonyo. Kan katonyo terakhir tanggal 13 agek? Berarti masih sempet kan ye? Sabtu kemaren kan baru tanggal 11, bener dak? Nah, bapaknyo lagi balek. Jadi ngadep mbak resepsionis. Ngasih berkas samo minta slip bayaran. Nak daftar samo dio langsung. Tapi kato si mbak, lemak nunggu bapaknyo nian bae. Oke, akhirnyo nunggu sampe asar.

Jam empat Don samo Aa' naek lagi, ngadep bapaknyo baek-baek. Trus apo katonyo? "Sudah tutup, periode duo bae." Ditunjukkenyo hasil prinan dio. Klop katonyo, padahal siang tadi jelas nian masih corat-coret tambahan namo wong-wong. Kalo dak nak nungguke dio, sudah ditulis dewek namo Don oleh mbak-nyo tu. Masih biso kok.

Pas dio ngomong cak itu. Langsung mati lampu, jlepp... Sukurla, ketikan namo peserta yang dak galak dio tambah lagi itu ilang karno belum di-savenyo. Terus dio tegak, sambil ngoceh-ngoceh ke staff lain ngasih tau kalo ado mahasiswa komunikasi yang dak tau urusan padahal ke kampus terus tapi daftar baru sekarang.

Plis deh, kalo seandainyo suaro Don besak, la Don teriakke kalo mato kuliah la jelas-jelas abis, dak mungkin nian ke kampus terus? Ini jugo baru ke kampus pas duo minggu terakhir untuk nyelesaike skripsi itu. Maksudnyo kalo la beres galo kan baru daftar. La ceto, wong berkas sudah lengkap.

"Yang lain itu daftar dulu, belum ado yang di ACC." Cak itu katonyo. Jadi, yang diprioritaske itu yang berkasnyo belum lengkap? Cak itu? Kalo mereka taunyo dak di ACC oleh pembimbingnyo cakmano? Mereka yang belum pasti dibolehke ikut sidang, sedangke Don yang la beres urusan skripsi disingkirke? Heraaan.

Terus dio nyuruh dateng senin agek. Tapi ujinyo masih periode duo tu la. Untuk apo? Lemak agek be bayaran. Pacak diputerke dulu duet untuk modal.

Bang Dian langsung Don kabari. Dio dak terimo jugo ngapo pacak cak itu. terus abis magrib ditelponnyo ketuo yang asli. Minta penjelasan, tapi samo iyonyo. Malah katonyo kalo cak seminggu atau tigo hari lagi nak sidang nah baru biso bantu. Helloooo? Ini masih seminggu lagi kali!!! Terus, katonyo kalo pembekalan ikut, itu pasti terdaftar. Nah lo, perasaan Don daftar pembekalan samo mbak resepsionisnyo. La bayar pulo. Klo emang Don dak biso dateng, itu karno orderan dadakan bapak itulah, nyelesaike notes pembekalan itu kemarennyo sampe nunda gawe bang Dian yang laen. Akhirnyo pas hari pembekalan, Bang Dian minta tolong bantuin gawe yang tertunda itu. Dan sekarang nyalahke pembekalan? Bagussss.

Padahal waktu awal Mei Don sudah sms resepsionisnyo, nanyo bener-bener kapan terakhir. Tanggal 13 katonyo. Don nitip jugo, masukke Don sidang tanggal 17 bae. Tapi ujungnyo cak ini. Yosudahlah...

Sebenernyo, dari awal Don emang pengen bareng samo kawan-kawan. Berhubung mato kuliah Don abis duluan bae, makonyo Don ikut ngurus-ngurus untuk periode satu. Sebenernyo dalem ati, emang pengen periode duo.

Buat Don dak masalah periode satu apo duo. Toh skripsi sudah di ACC, tinggal kumpul bae. Kalo ikut periode satu, artinyo pas nikah gek sudah sarjana, kalo ikut periode duo biso sarjana samo-samo kawan seperjuangan. Jadi sebenernyo bagus galo. Dan insyaallah dak bakal ngaruh samo rencano nikah. Wong Bang Dian ngomong dak pengen nyantumke gelar di undangannyo agek kok.

Lha terus, ngapo masih kecewa?

Yo idak lagi nah... La lego nian becerito pake bahaso kito ni... hihi.

Kesimpulannyo, besok nak ke kampus lagi. Cuma nak ngadep minta tando-tangan ketuo jurusan. Kalo dio nanyo nak Don ceritoke nasib Don ini. Tapi.... idak nak temohon-mohon minta didaftarke periode satu kalo emang la dak biso. Don emang katek dekeng, tapi kato Bang Dian, dekeng Don itu Allah. Jadi, biar Allah yang nentuke masuk periode berapo. Yo kan? Mohon yang terbaik samo Allah bae, jangan samo manusio.


Mungkin disuruh bareng mereka ^^

Curhatan mahasiswa tingkat akhir. Dokumen pribadi.

Wednesday 1 May 2013

Dian yang Tak Pernah Redup

4 comments


 
Dian adalah cahaya. Sejak pertama aku mengenalnya, ia menerangi jalanku yang gelap gulita. Ia perlahan-lahan menuntunku mencintai benderangnya dunia yang selama ini kuanggap kejam dan gila, yang pada siapa pun aku tidak dapat percaya.

Aku hidup dalam keluarga yang sedang di ujung tanduk. Masalah ekonomi membelit pinggang, membuatku melewati hari-hari tegang. Aku tak berani mengangkat telepon genggam, takut terdengar nada-nada rentenir yang kejam. Aku malas berbelanja ke pasar, risih pada pandangan tetangga yang jika tetangga lain berduit ia gusar.

Kalau tidak punya gula memikat, maka tidak ada semut yang mendekat, seperti yang dibilang pepatah. Sahabat, kerabat, dan keluarga menjauh seolah keluargaku terkena kusta, hanya karena tidak lagi royal, tidak ikut arisan dan piknik keluarga. Padahal sebelum keluargaku terpuruk, orang-orang itu mengemis mencari muka.

Aku nyaris putus asa menjalani kehidupan yang digariskan oleh-Nya, yang entah sebagai cobaan atau sebagai peringatan karena murka. Dunia membuatku merasa teraniaya, pada siapa pun aku memandang curiga. Aku memilih sendirian. Menjauhi sahabat dan teman-teman.

Hingga kemudian seorang Dian mengetuk masuk ke duniaku. Ia menerangi kemuramdurjaan dengan rinai tawa. Perlahan-lahan ia mampu menjawab asa yang berselip prasangka. Ia menumbangkan asumsi tentang dunia yang membuatku tak berdaya.

“Jangan fokus pada masalah, tapi fokus pada pemecahan masalahnya!” kata Dian ketika kusepakati untuk memulai bisnis bersama.

Ia mengenalkanku pada dunia kanan, kutub positif dunia katanya. Tidak ada putus asa, tidak ada pesimistis di sana. Jika ingin selesai, maka semua harus dimulai. Begitulah kira-kira yang kusimpulkan hingga akhirnya aku mulai menikmati rutinitas mengelola sebuah percetakan kecil-kecilan.

Berangsur-angsur aku mulai bisa membantu ekonomi keluarga. Waktu yang tadinya kugunakan untuk mengutuki keadaan, kini tersita pekerjaan yang tidak ada habisnya. Rejeki berdatangan, membuatku terkadang kewalahan, tapi tidak dengan Dian. Aku tak habis pikir, berapa banyak stok semangat yang memenuhi jiwanya setiap hari, sehingga lelah pun sampai tak mau menghampiri.

Dian tak pernah mengeluh meskipun tubuhnya bercucur peluh. Ia mentransfer semangatnya tiap kali aku hampir menyerah karena mengelola usaha ternyata tidaklah mudah.

“Kuncinya adalah bersyukur, Insya Allah semua terasa nikmat,” ujar Dian setiap kali aku keherahan melihat dirinya yang tak pernah menyerah.

Sampai suatu hari, kecelakaan kecil terjadi. Binding machine yang kami gunakan untuk spiral kalender jatuh menghantam kaki. Mesin dengan berat 10 kg itu mengoyak jempol kakinya, membuat darah mengucur tanpa henti.

Saat itu aku hanya hampu memberi obat merah dan membalut luka dengan kain seadanya. Dian yang pucat menahan sakit, masih memaksakan senyum agar aku tidak panik. Ia memboncengku ke rumah sakit. Sekali lagi, aku mengutuk diri, seandainya aku bisa mengendarai motor, aku pasti akan sedikit berguna baginya.

Di instalasi gawat darurat, Dian memasrahkan kakinya dijahit petugas medis. Ia masih saja tersenyum memandangku yang meringis tiap kali dokter mengangkat benang dan menusukkan kembali pada jempolnya yang menganga.

Ketika resep dan administrasi telah kutuntaskan, aku menuntun Dian yang berjalan tertatih menuju parkiran. Aku cemas tiap kali ada orang yang melintas, takut kakinya tergilas. Tetapi Dian masih tenang-tenang saja.

“Berpikirlah tentang hal baik, maka semua hal akan baik,” katanya masih dengan tersenyum.

Ah, Dian adalah anugerah yang dikirimkan Tuhan. Dian telah menunjukkan padaku betapa dunia ini sesungguhnya indah. 
 
“Tulisan ini diikut sertakan dalam GA “Siapa Sahabatmu?” pada blog senyumsyukurbahagia.blogspot.com, hidup bahagia dengan Senyum dan Syukur”
 

Annisa Ramadona :) Copyright © 2009 Paper Girl is Designed by Ipietoon Sponsored by Online Business Journal