Cinta tidak harus memiliki! Kalau ada kata harus, itu artinya pemaksaan dan sesuatu yang dipaksakan itu tak baik! Kalau memang cinta, seharusnya kita rela melihat dia bahagia meskipun tak bersama kita!
Kira-kira begitulah respon sebagian orang ketika awal-awal kuposting cover novel Cinta Harus Memiliki. Memang, pertama kali tercetus judul ini, aku juga sudah memprediksi bahwa akan ada orang-orang yang tak sepemikiran. Selama ini, kalimat "Cinta tak harus memiliki" rasanya lebih populer dan mudah diterima. Dan aku pun sempat berpikir begitu.
Dulu, aku pernah menjalin hubungan dengan seseorang. Usia kami terpaut jauh. Ketika aku masih SMA, (katanya) dia didesak untuk menikah. Awalnya kupikir aku benar-benar cinta mati padanya. Awalnya kupikir, aku tak akan bisa hidup tanpa dia. Awalnya kupikir menjalani hidup dengan dia yang memperistri perempuan -yang bukan aku- itu akan susah. Tapi itu awalnya...
Hari-hari yang kulalui setelah pernikahannya memang hari-hari kelabu. Hanya saja, dengan dalih Cinta Tidak Harus Memiliki, kukatakan bahwa aku akan bahagia asalkan dia bahagia. Dan aku mencoba berbahagia dengan pemikiran sesederhana itu saja.
Tapi diam-diam, tiap malam aku masih terus menangisi keadaan dan mempertanyakan kenapa Tuhan mempertemukan kami jika kemudian harus dipisahkan?
Aku menutup pintu hati untuk cinta lain yang menghampiri. Kubiarkan diriku larut dalam kesendirian dan menikmati kesedihan berkepanjangan.
Ya, kenyataannya memang aku tidak pernah bahagia melihat kebahagiaannya. Selalu ada rasa sakit tiap kali kulihat ia bersama perempuan itu -bukan bersamaku- padahal, dia bilang yang ia cinta adalah aku!
Lalu, aku mencoba jujur pada diri sendiri. Kucoba untuk melihat hatiku yang terdalam. Hati yang sudah kami lukai dengan mengatasnamakan Cinta Tak Harus Memiliki.
Kulihat, ada tanda tanya di sana. Aku mempertanyakan cintanya-cinta kami. Jika benar ia mencintaiku dan aku mencintainya, kenapa kami tak saling berjuang untuk bisa bersama? Kenpa ia kemudian menikahi perempuan lain dan aku dengan begitu saja merelakannya? Apa itu yang dinamakan cinta? Bisa saja sebenarnya kami tidak benar-benar saling mencintai kan?
Akhirnya aku mencoba membuka mata. Aku mencoba membuka hati. Aku mencoba berhenti menangisi kisah kasih tak sampai kami.
Akhirnya, kucoba untuk mematikan perasaan yang tadinya kusebut cinta itu. Kuperbaiki hidupku dengan menikmati hari-hari yang sebenarnya indah jika tidak kulalui dengan meratapi dia yang tengah berbahagia dengan kehidupannya.
Akhirnya, aku mencoba mengisi kembali jiwa dan hati dengan cinta baru yang kemudian kuyakini memang Tuhan kirimkan sebagai jodohku. Kini, aku menemukan cinta yang asli. Yang sudah sepantasnya kumiliki.
sebelum takdir menjalin kau dan aku,kita merasa samar-samar, tak tentu.
Kini...setelah cinta merengkuh,bersama-sama kita menjadi utuh.
0 comments on "Kenapa Cinta Harus Memiliki? #1"
Post a Comment