Dia yang di ujung sana, selalu menatapku ketika aku menatapnya. Dia membuat hatiku tertaut pada senyum manisnya. Pikiranku tersita. Bayangnya terus berjibaku mengalahkan rangkaian rumus dalam buku yang kupinjam.
Dia selalu disana setiap kali aku ke Perpustakaan. Rambut panjangnya tergerai, menutup wajah yang hanyut dalam bacaan. Kadang kudengar ia menangis tersedu. Kadang pula ia tertawa lirih sambil tersipu. Entah buku apa yang membuatnya sampai begitu. Yang kutahu hanya satu. Aku mencintainya, tak peduli ia tersedu atau tersipu.
Perasaan merah jambu memang langsung menyelubungi hati ketika pertama kali aku melihatnya di sudut perpustakaan sebulan lalu. Ia duduk di ujung sana. Aku memergokinya sedang memandangiku dalam. Hatiku langsung terjerat ketika kemudian ia menyulamkan senyum pertamanya untukku.
Sekali waktu pernah aku menghampirinya, pura-pura menanyakan buku statistika, padahal aku hanya ingin tahu namanya. Tapi petugas perpustakaan keburu mendesis, memandangku sinis.
“Mungkin suaraku mengganggu ketenangan markas kutu buku ini”, pikirku saat itu. Sebagai lelaki tahu diri, aku meninggalkannya untuk kembali menekuni buku yang tengah ia baca.
Kemudian beberapa kali aku mencuri-curi kesempatan untuk berkenalan lagi. Anehnya, tidak ada kesempatan yang berhasil luput dari petugas perpustakaan. Wanita berkacamata itu selalu saja mendesis, berisyarat agar mulutku terkatup. Tatapan sinisnya lagi-lagi membuat nyaliku ciut.
Sejak aku rajin ke perpustakaan, petugas itu memang sering mengamatiku diam-diam. Aku tak peduli jika ia tak suka aku memandang perempuanku di ujung sana. Aku tak peduli jika ia mulai sewot dan mencaci-makiku yang sedang jatuh cinta.
“Jangan mengganggu kenyamanan kami, sejak Anda rajin kesini, pengunjung perpustakaan sepi. Bisakah Anda tidak bicara pada bangku kosong itu lagi? Karena tingkah aneh Anda, perpustakaan jadi mengerikan sekali,” petugas itu menyemburku.
Tapi aku tak mengerti. Yang aku mengerti hanya satu. Aku jatuh cinta pada dia. Pada gadis berbaju putih yang selalu duduk di ujung sana sejak sebulan yang lalu. Sejak meninggalnya seorang mahasiswi di perpustakaan itu.
(300 kata termasuk judul)
Dia selalu disana setiap kali aku ke Perpustakaan. Rambut panjangnya tergerai, menutup wajah yang hanyut dalam bacaan. Kadang kudengar ia menangis tersedu. Kadang pula ia tertawa lirih sambil tersipu. Entah buku apa yang membuatnya sampai begitu. Yang kutahu hanya satu. Aku mencintainya, tak peduli ia tersedu atau tersipu.
Perasaan merah jambu memang langsung menyelubungi hati ketika pertama kali aku melihatnya di sudut perpustakaan sebulan lalu. Ia duduk di ujung sana. Aku memergokinya sedang memandangiku dalam. Hatiku langsung terjerat ketika kemudian ia menyulamkan senyum pertamanya untukku.
Sekali waktu pernah aku menghampirinya, pura-pura menanyakan buku statistika, padahal aku hanya ingin tahu namanya. Tapi petugas perpustakaan keburu mendesis, memandangku sinis.
“Mungkin suaraku mengganggu ketenangan markas kutu buku ini”, pikirku saat itu. Sebagai lelaki tahu diri, aku meninggalkannya untuk kembali menekuni buku yang tengah ia baca.
Kemudian beberapa kali aku mencuri-curi kesempatan untuk berkenalan lagi. Anehnya, tidak ada kesempatan yang berhasil luput dari petugas perpustakaan. Wanita berkacamata itu selalu saja mendesis, berisyarat agar mulutku terkatup. Tatapan sinisnya lagi-lagi membuat nyaliku ciut.
Sejak aku rajin ke perpustakaan, petugas itu memang sering mengamatiku diam-diam. Aku tak peduli jika ia tak suka aku memandang perempuanku di ujung sana. Aku tak peduli jika ia mulai sewot dan mencaci-makiku yang sedang jatuh cinta.
“Jangan mengganggu kenyamanan kami, sejak Anda rajin kesini, pengunjung perpustakaan sepi. Bisakah Anda tidak bicara pada bangku kosong itu lagi? Karena tingkah aneh Anda, perpustakaan jadi mengerikan sekali,” petugas itu menyemburku.
Tapi aku tak mengerti. Yang aku mengerti hanya satu. Aku jatuh cinta pada dia. Pada gadis berbaju putih yang selalu duduk di ujung sana sejak sebulan yang lalu. Sejak meninggalnya seorang mahasiswi di perpustakaan itu.
(300 kata termasuk judul)