Tuesday, 13 November 2012

It's a Long Journey


Aku menemukan dunia literasi online pada akhir 2011 lalu. Di awali oleh rasa jengkel karena "seseorang" yang terus-terusan mengikuti gerak-gerikku, mulai dari hobi, makanan kesukaan, pekerjaan, model pakaian, sampai hal-hal gak penting dalam obrolan. Kalau aku bilang "Iya" dia ikut-ikut "Iya" begitu pun sebaliknya. Hal yang awalnya kuanggap wajar (karena kami sobatan) berangsur MENYEBALKAN! Aku krisis jati diri lantaran orang-orang sering tertukar, ide yang kukeluarkan dianggap ide DIA, sama halnya dengan GAYA, apa yang kukenakan selalu kembaran. Okelah, gak apa kalo cuma soal itu, tapi ketika berurusan dengan KARYA, NO WAY! Aku benar-benar gak rela waktu dia mengaku editan (foto/video) yang kukerjakan sendirian tiba-tiba saking merasa (memiliki) berubah menjadi karya KITA. Hey, kapan-kapan kita kerja kelompok?

Akhirnya aku menarik diri dari persahabatan kami. Aku mencari dunia yang sama sekali beda. Jauh dari dia. Iya dong, dari pada dosa? Toh dengan menghindari, aku bisa meredam rasa benci. Buktinya sekarang kita sudah normal temenan meskipun beda dunia (Sekarang sudah ketemu dunia dan jati diri masing-masing).

Status-status FB-nya pada saat itu juga gak jauh-jauh dari apa yang pernah aku posting. Jadi, itu membuatku malas FB-an. Masa iya, sampai gaya postingan juga sama? Iyaaaa. Tapi dia gak nyadar. Katanya itu dari pikirannya sendiri, padahal duluuuu aku duluan yang nulis itu!!!

Berangkat dari situlah timbul pikiran (yang akhirnya begitu kusyukuri). Aku berpikir, ada satu hal yang tak mungkin ia tiru. MENULIS. Sejak kecil hobi membaca yang ditanamkan orangtuaku membuat aku menggemari literasi. Di awal SMP aku mulai menulis cerpen petualangan yang dinikmati seisi kelas. Beranjak SMA aku mulai puitis karena tersihir MANTERA Sutardji Calzoum Bachri. Walau akhirnya kesibukan dunia kerja membuatku mengubur kesukaanku akan dunia olah kata itu.

AKU MAU BIKIN STATUS PUITIS! Tekadku malam itu. Aku yakin itulah satu-satunya cara untuk mengembalikan jati diriku. Tapi sayangnya, kegiatan yang telah lama kutinggalkan itu seolah beku. Aku kebingungan merangkai kata, meskipun inspirasi di benakku hampir meluber-luber saking banyaknya.

Dengan putus asa, akhirnya kuketik Puisi Dee di mesin pencari (Mbah Gugel). Aku mau copast saja, pasrahku. Google merujuk blog noorhanidyanilaksmi. Aku menjelajah blog itu. ANTUSIAS. Ada banyak info lomba menulis online yang selama ini gak tersentuh olehku. Aku jadi merasa ketinggalan hal yang begitu penting selama ini.

Dari link yang kudapatkan di blog (yang akhirnya kuketahui pemiliknya setelah sama-sama menggeluti berbagai lomba) aku bergabung di grup FB (WR) WRITING REVOLUTION. Tujuan awalku ialah PUISI AWARD yang sedang diselenggarakannya. Aku disambut hangat oleh Lurah EL dan Tha Artha (yang akhirnya kugaet jadi editor lepas di 27 Aksara). Aku mulai rajin berselancar ria. mencari link lomba dan grup-grup kepenulisan lainnya. Targetku kemudian ialah CERPEN AWARD yang juga diselenggarakan WR. Inilah kompetisi pertamaku di dunia menulis online (yang puisi, aku nyerah lantaran saingannya bikin ciut semua).

Senyum Sang Bidadari kecil. Cerpen yang kuikutsertakan dalam lomba itu wajib memungut 100 jempol untuk lolos seleksi tahap 1. Aku yang cuma punya sedikit teman FB (dulunya banyak fans, jadi rada selektif), hampir putus asa meminta-minta like pada teman-teman yang mayoritas gak suka nulis. Inbox dan wall-ku sering kali dianggap spam, kadang juga gak ditanggapi sama sekali, walaupun ada beberapa teman dekat (yang dulu penikmat cerpenku kala sekolah) mengikhlaskan jempolnya nangkring di note-ku. Karena aku niat banget pengen dinilai juri, akhirnya ku add semua peserta berikut juri dan panitia lomba. Aku barter jempol hingga Senyum Sang Bidadari Kecil mampu lolos seleksi pertama.

Sambil menunggu PP Joni Lis Effendi menilai, aku mengikusertakan tulisan lain berupa True Story tentang Matematika. Alhamdulillah, dari sekitar 296 peserta, naskahku lolos untuk dibukukan bersama 50 naskah lainnya (walaupun sampai detik ini naskah-naskah itu sedang dieksekusi di meja Gramedia Pustaka Utama). Pengumuman CERPEN AWARD menyusul setelahnya. Aku masuk nominasi 20 besar dari hampir 100 peserta. Sungguh, pengalaman di awal inilah yang memecut hobi menulisku kembali keluar. Aku percaya, aku punya sedikit kelebihan di bidang ini.

Lomba-lomba online bertaburan. Termasuk juga desain logo. Aku yang sejak awal memang suka utak-atik photoshop, merasa tertantang ketika grup UNSA (Untuk Sahabat) menyelenggarakan lomba tersebut dalam rangka ulang tahunnya yang kedua. Sebagai pendatang baru di grup itu, aku shock saat logoku bertahan hingga peringkat TIGA. Alhamdulillah, meskipun gak jadi juara, tapi aku makin semangat untuk berkarya.

Aku kian gencar mencari info lomba, tapi kian selektif juga (maklum, dulunya detektif). Dari sekian banyak lomba, feeling-ku mengatakan ada lomba FIKTIF (bukan fiksi). Artinya ada yang cuma akal-akalan untuk menguntungkan pihak tertentu dengan menggondol naskah atau melarikan uang pendaftaran. Namanya juga dunia maya, kita gak tau pasti siapa kawan siapa lawan sebenarnya. Walaupun sudah sangat hati-hati, aku juga pernah ketipu satu kali (CUKUP, gak LAGI).

Kalau gak salah (berarti bener) baru tiga lomba menulis yang kuikuti ketika muncul ide untuk membuat lomba sendiri. Melihat iming-iming dibukukan, membuatku berpikir. Aku juga bisa. Kenapa? Karena setelah resign dari Candradimuka TV, aku mengelola Percetakan Muslim Sukses Barokah. Sudah kelihatan pertaliannya kan? Urusan penerbitan tentu tak lepas dengan percetakan. Ketika sebuah grup menyelenggarakan lomba, aku langsung mengakalkulasi berapa dana yang harus dikeluarkan juga berapa keuntungan yang kira-kira mereka dapatkan. Dan menurutku hasilnya WOW.

Akhirnya kuputuskan untuk ACTION. Ya, memang ada unsur komersil, tapi gak 100% karena menulis bagiku adalah cara untuk merekam jejak. Aku suka menulis, mungkin banyak juga yang kesukaannya sama. Tapi nilai lebihku satu; akrab dengan urusan cetak.

Kuaktifkan grup FB Percetakan Muslim Sukses Barokah yang dulu sengaja dibuat untuk promosi (yang membosankan). Kuganti postingan dagangan menjadi postingan positif dan event kecil-kecilan seperti SPANDUK untuk pantun berhadiah pulsa 5 ribu, RUANG CETAK untuk ajang tebak-tebakan, dan kompetisi MUG GOMBAL, menggombal terus dapet mug. Sukses merangkul teman-teman dunia literasi maya (temenku bertambah drastis dan sudah gak begitu selektif lagi) aku meneruskan event menulis Motivasi Mini (MONI) yang alhamdulillah naik cetak 500 eksemplar dan sudah menyebar ke penjuru Indonesia melalui online.

Untuk menerbitkan MONI inilah aku mempelajari seluk beluk penerbitan indie. Aku melihat peluang, menjadi penerbit sesungguhnya susah-susah gampang. Walaupun harus ekstra melototin naskah di layar komputer dan laptop, aku begitu menikmatinya. Aku menemukan dunia baru yang ingin lagi lagi dan lagi kutekuni. 27 Aksara berdiri dengan akta notaris DEWI OESDARTIKA, SH.

Setelah beberapa kali mengadakan event dengan peserta yang rata-rata luar Sumatera (luar Palembang khususnya), membuatku geregetan. Ke mana wong kito? Apa cuma segelintir saja yang bisa nulis? Gak mungkin kan Palembang cuma kaya akan Pempek Kapal Selam?

Akhirnya kutularkan virus menulis pada orang-orang dekat (teman se-genk, teman komunitas kampus, dsb, tunanganku bukannya gak dimasukin ya. Sejak awal aku dan dia sama-sama, baik di PMSB maupun 27 Aksara, kan dia pemimpinnya).

Dua temanku akhirnya rajin ikut proyek Antologi yang kuselenggarakan. Sedangkan komunitas kampus itu berhasil menelurkan sebuah buku. Walaupun dominan tulisanku, setidaknya ada 12 orang lain yang tulisannya (meski harus ekstra edit) dibukukan dalam Aku, Kamu, Kita, dan Candradimuka.

Bisa dibilang sejarah baru untuk kampusku. Ya, sejak merangkul komunitas itu, menularkan virus menulis, memanggil teman novelis khusus untuk belajar menulis, tujuanku cuma satu; KARYA. Aku cuma ingin ada karya nyata yang bisa dipersembahkan untuk almamater tercinta. Makanya kubuat tag-line "Dari Mahasiswa Untuk Candradimuka". Ya, walaupun kini buku itu tenggelam karena ulah seseorang, paling tidak karya itu sempat menggemparkan antreo kampus. (Sekarang, aku didepak dari komunitas itu karena dianggap tidak memberikan kontribusi apa pun di sana, ???).

Ya, mungkin Allah ingin aku lebih berkonsentrasi pada duniaku. Pada dunia literasi yang kini kugeluti. Meskipun belum bisa dibilang profesional, aku yakin jika FOKUS, aku pasti bisa. Tunanganku akhirnya menantang, "Buatlah novel solo sebelum wisuda, itu akan membuka mata mereka!"

Oke, aku sepakat akan menyelesaikan satu novel pada pergantian kalender. Ini janjiku pada Dian Lesmana Putra, orang yang terus menyemangatiku dari Januari hingga Desember.


 

Annisa Ramadona :) Copyright © 2009 Paper Girl is Designed by Ipietoon Sponsored by Online Business Journal