Korupsi, siapa yang tak pernah mendengar kata korupsi? Media massa selalu ramai membicarakannya. Kasus satu belum tuntas, kasus lain menetas. Tak ada satu hari pun terlewat tanpa pemberitaan mengenai momok Negara ini. Entah sejak kapan kita menjadi akrab dengan korupsi.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, korupsi adalah penyelewengan atau penggelapan uang negara atau perusahaan dan sebagainya untuk kepentingan pribadi maupun orang lain. Sedangkan secara sederhana korupsi dapat diartikan sebagai tindakan memperkaya diri sendiri secara sembunyi-sembunyi dengan cara-cara tertentu seperti menyuap, menggelapkan uang, atau membengkakkan anggaran.
Koruptor yang disorot media massa kebanyakan ialah orang-orang yang menggelapkan uang Negara. Mereka biasanya dari kalangan intelektual, seperti politisi. Tapi, secara nyata sesungguhnya koruptor berkeliaran di mana-mana. Bisa jadi kita adalah salah satunya.
Mengapa demikian? Karena sejak awal sesungguhnya kita telah begitu dekat dengannya. Di masyarakat ada banyak praktik korupsi yang terjadi tanpa kita sadari. Misalnya saja menyuap untuk masuk sekolah, padahal nilai dan hasil tes tidak memenuhi persyaratan. Atau yang lebih sering ditemukan ialah oknum-oknum tertentu yang meminta uang rokok, atau uang bensin untuk memperlancar urusan seperti pembuatan SIM, KTP, dan lain-lain.
Tindakan korupsi bukan saja dilakukan oleh orang-orang dewasa. Tanpa disadari, terkadang generasi muda pun telah ikut melakukannya. Di kalangan pelajar, korupsi kecil-kecilan dimulai dengan mencontek, menyelewengkan SPP bulanan, serta menaikkan harga buku pelajaran dari harga yang seharusnya. Uang kelebihannya kemudian digunakan untuk bersenang-senang. Hal kecil inilah yang kemudian membesar.
Ketika masuk di organisasi atau ekstrakulikuler, pelajar mulai mengembangkan praktik korupsi tersebut dengan menaikkan harga ini itu ketika diberi kepercayaan menyelenggarakan kegiatan. Jika awalnya uang yang digelapkan berasal dari orang tua dengan jumlah yang sedikit, kini mulai meningkat. Anggaran biaya kegiatan dinaikkan beberapa kali lipat. Hampir mirip seperti yang dilakukan kalangan pejabat. Tindakan yang demikian dilakukan tanpa disadari sebagai tindakan korupsi. Maka kemudian tindakan itu menjadi kebiasaan yang dibawa-bawa ke jenjang yang lebih tinggi.
Jika korupsi sudah menjadi kebiasaan yang bahkan tidak disadari, maka tentu saja pada akhirnya kita akan menemukan kasus-kasus baru dari generasi baru pula. Hal inilah yang kemudian membuat pembahasan korupsi di media massa seakan tak ada habisnya.
Seperti halnya kasus kriminal yang kian marak setelah media mengeksposnya, begitu pula dengan kasus korupsi. Korupsi kian merajalela justru setelah media gencar memberitakannya. Banyak yang menghujat, sampai melakukan aksi unjuk rasa, namun banyak pula yang menirunya. Ya, tidak sedikit orang yang belajar dari media yang ia konsumsi tiap hari. Karena jika dikaitkan dengan komunikasi, media massa memiliki efek yang sangat kuat terhadap pemahaman audiens. Semakin besar media menayangkan sebuah fakta, maka semakin besar pula pengaruhnya terhadap persepsi audiens.
Lalu bagaimana memberantasnya? Di Indonesia kita mengenal Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Ada banyak kasus yang telah diselesaikan maupun yang tengah ditanganinya. Namun tentu saja usaha itu tidak akan maksimal jika tidak dibantu peran serta masyarakat. Lalu bagaimana cara masyarakat membantu? Mulailah dari lingkungan terdekat. Masalah korupsi bukan hanya tanggung jawab pemerintah. Ini tanggung jawab kita bersama. Maka mulailah dari lingkup terkecil, yaitu diri sendiri dan keluarga.
Seperti yang dijelaskan di awal, korupsi sebenarnya telah meracuni generasi muda dengan praktik-praktik kecil yang kasat mata. Orang tua sebaiknya mengontrol perilaku anak menyangkut segala kebutuhan keuangannya. Kepercayaan memang penting, tapi sesekali ada baiknya jika kita memastikan bahwa anak kita memang layak dipercaya. Sebab jika praktik kecil korupsi ini tidak ditanggulangi sejak dini, ketika dewasa anak akan menjadi terbiasa melakukannya.
Tanamkan nilai-nilai serta budi pekerti seperti pentingnya kejujuran. Arahkan generasi muda dengan agama. Ajarkan tentang halal dan haram, dosa dan pahala, serta surga dan neraka sehingga mereka bisa membedakan mana yang boleh dan tidak boleh dilakukan.
Sosialisasikan korupsi dan bahayanya. Sadarkan generasi muda yang tengah belajar mempraktikkannya dengan memberi pemahaman mengenai korupsi. Berikan pemahaman bahwa tindakan korupsi bukan hanya terjadi di kalangan pemerintahan. Praktik korupsi justru sering kali dilakukan tanpa disadari. Praktik yang tidak disadari itulah kelak akan menjadi candu yang membawa Negara ini makin terpuruk.
Berantas korupsi sejak dini. Jangan biarkan generasi muda terlena. Jangan beri celah yang memungkinkan mereka untuk terus melakukannya. Jangan sampai muncul bibit-bibit baru koruptor Indonesia. Kalau anak kecil saja bisa korupsi, apalagi orang berdasi.