Thursday, 29 November 2012

PETUALANGAN

Saya yakin kamu-kamu yang udah pada jago berpetualang dialam bebas pasti meras nggak perlu lagi membaca artikel ini, kecuali untuk penyegar ingatan kembali, oke yach! Dan artikel ini khusus buat kamu-kamu yang masih pemula atau yang emang bener-bener belon pernah mendaki gunung tapi udah kepingin mendaki gunung dan belum tahu sikon daerah pegunungan. Atau juga kamu yang pengen ikut ekspedisi pendakian.
 
Setelah segala perlengkapan pendakian kamu lengkapi, sebaiknya kamu harus mengenal lebih jauh tentang beberapa aspek kegiatan pendakian gunung.
Berikut ini akan Saya jelasin ke kamu beberapa resiko yang selalu mengancam jiwa si pendaki.
“Banyak anggapan bahwa kecelakaan yang terjadi waktu pendakian gunung disebabkan oleh factor eksternal atau disebabkan karena sikon di gunung dan bukan kesalahan para pendaki (human error), jelas saja pendapat ini gak bener! Faktor eksternal akan selalu ada dan mengancam kamu nggak pandang bulu, apakah persiapan kamu itu oke atau nggak. Dan kita harus tahu kalo’ cuaca di gunung itu selalu berubah-ubah secara mendadak atau bersifat fluktuatif. Oleh karena itu kita harus punya keterampilan khusus untuk ngadepin bahaya yang tiba-tiba itu. Keterampilan khusus itu bias kamu dapat dari pramuka dulu, di kasih tahu oleh sispala atau mapala atau yang paling oke banget kamu-kamu ikut “DIKLATSAR WAHANA WIRABHUMI”, organisasi pecinta alam (PA) yang oke banget diantara PA – PA yang lainnya. Keterampilan khusus itu misalnya Teknik Pendakian, Tekinik Survival, Navigasi Darat, Topography, Teknik Kompas Packing, Raffeling, Teknik Pertendaan dan Tali temali.
Ada beberapa gambaran tentang bahaya yang datang pada saat mendaki gunung, misalnya :
  1. BADAI, merupakan “menu langganan” yang sering ‘dinikmati’ oleh para pendaki gunung. Badai emang kerap terjadi di gunung tropis Indonesia. Badai besar disertai hujan dan tiupan angina yang dahsyat akan sangat berpengaruh pada kondisi si pendaki, sebab suhu udara bias anjlok tiba-tiba.
  2. KABUT, yang tebal sangat mempengaruhi jarak pandang kita. Pada kondisi ini banyak pendaki yang kehilangan arah (tersessat), ini kalo’ maksain diri untuk tetap mendaki didalam kondisi berkabut tebal.
  3. TANAH LONGSOR, kondisi ini bias saja dipengaruhi oleh badai yang besar yang berlangsung cukup lama, sehingga menyebabkan tumbangnya pohon-pohon besar dan disertai tanah longsor, terutama di daerah yang curam dan terjal.
  4. BANJIR BANDANG, jangan sekali-sekali menganggap bermain di sungai didaerah pegunungan bukan hal yang tidak membahayakan, sudah sering terjadi banjir bandang yang menewaskan puluhan orang, walau dihulunya sedang tidak turun hujan.
  5. SESAK NAFAS, berkurangnya kadar oksigen pada ketinggian suatu tempat, mengakibatkan kita agak sulit benafas, hidung berair (ngingus) dan sakit pada pangkalnya. Ini dikarenakan menurunnya koordinasi kerja otak dan melemahnya kondisi tubuh.
  6. KRAM, atau kejang otot hal ini disebabkan sewaktu mendaki tubuh kita banyak mengeluarkan keringat sehingga memungkinkan tubuh banyak kehilangan garam dari tubuh. Selain itu juga, sewaktu mendaki seluruh otot tubuh kita kerja keras dalam kondisi suhu yang dingin, atau tubuh yang basah karena hujan.
  7. PUSING atau MUAL, selain disebabkan penyakit ketinggian, ini disebabkan juga karena tubuh kita yang lambat menyesuaikan tubuh pada kondisi alam atau kita terlalu cepat dalam mendaki bagi mereka-mereka yang menganut teknik “speed” dalam mendaki.
    Semua yang tergambar dalam ulasan di atas, tidak bias kita anggap remeh atau kita cuekin aja. Karena semuanya dapat mempengaruhi keselamatan dan jiwa para pendaki.
Ada beberapa cara yang dapat menyiasati atau setidak-tidaknya membantu kita dalam menghadapi hal-hal tersebut, misalnya :
  • Pada saat tidak bersahabatnya alam pada saat pendakian, sebaiknya hentikan pendakian untuk melakukan istirahat dengan membangun tenda darurat atau Bivak yang dapat melindungi tubuh kita dari siraman hujan dan hembusan angina yang kencang untuk sementara waktu. Tapi kalau badainya berlangsung cukup lama dan semua anggota banyak yang lemah lebih baik dirikan tenda yang sebenarnya untuk bermalam.
  • Hangatkan tubuh dengan mengganti pakaian yang basah dan makanlah makanan yang cepat menghasilkan kalori untuk menjaga suhu dalam tubuh kita misalnya coklat atau lebih baik lagi makanan yang hangat.
  • Supaya tidak mengalami kram otot, sebaiknya kita jangan terlalu lama beristirahat dan ngenilin garam secukupnya. Untuk menghindari pusing dan mual sebaiknya kita jangan terlalu cepat mendaki, kalau kita emang tidak terbiasa pake’ teknik ‘speed’ sebab nornalnya berjalan mendaki selama ± 1 jam dengan istirahat sepuluh menit.
  • Periksa kondisi masing-masing anggota tim untuk memastikan mereka dalam kondisi yang normal. Jangan memaksakan diri, buang egoismu ! Ingatlah daya tahan tubuh orang itu berbeda-beda. Jika kondisi memaksa kita untuk bermalam di tempat yang tidak kita rencanakan, usahakan tenda yang kita dirikan cukup permanent. Tujuannya agar semua anggota tim dapat beristirahat dengan tenang dan nyaman untuk mengembalikan kondisi tubuh yang baik untuk melakukan pendakian esok harinya. Sebab tenda merupan tempat yang paling nyaman untuk kita beristirahat, istilahnya tenda adalah “Pala In The Jungle” bagi kita anak-anak PA.
  • Ingatlah selalu manusia bisa berusaha namun ALLAH-lah yang menentukan, namun kita sebagai insan-Nya yang telah diberi akal pikiran akan selalu berusaha untuk mendapat yang terbaik bagi dirinya dan semoga ALLAH SWT selalu memberkati orang-orang yang berani, Amien…
“Alam Tak Bisa Dilawan Tapi Bisa Disiasati !”
Oleh : Didiek
B.034.SCC/WWB’92
(MATERI DIKSAR PPA. WAHANA WIRABHUMI)

0 comments on "PETUALANGAN"

Post a Comment

 

Annisa Ramadona :) Copyright © 2009 Paper Girl is Designed by Ipietoon Sponsored by Online Business Journal