2 April 2011
“Kurusin badan dulu, Lun!” Nada sumbang itu menusuk telinga, mengiris hatinya yang akhir-akhir ini memang tengah dirundung mendung lantaran berat badan yang membuatnya jadi bahan tertawaan teman-teman. Luna mendongak, menatap tajam sumber suara yang kini sedang mengamati tubuh bongsornya itu.
“Ajang-ajang pemilihan begini syarat utamanya itu bentuk badan yang proporsional. Lha, kamu?”
Luna kini tertunduk, memandang brosur pemilihan Bujang Gadis Kampus yang perlahan-lahan remuk dalam genggaman geramnya.
Ia kesal pada Dina, pemilik suara yang sejak tadi menjatuhkan mentalnya. Dina memang langsing dan semampai, jauh dari Luna yang subur bertinggi pas-pasan. Tapi setidaknya Luna yakin, kecantikan bukan hanya dinilai dari fisik semata. Seperti Dina misalnya, kadar cantik gadis itu menyurut karena lisannya tidak pernah terjaga.
Sebenarnya apa yang dikatakan Dina memang ada benarnya. Meskipun Luna berkeras mengikuti ajang pemilihan itu, toh ia juga sadar bahwa berat badannya yang tidak ideal pasti akan menjadi alasan utama mengapa Luna akhirnya gugur di tahap seleksi pertama, seperti ajang-ajang lain yang telah ia ikuti sebelumnya.
“Masih ada waktu satu bulan. Aku yakin sebelum tanggal dua Mei nanti berat badanku bisa turun drastis,” Luna mengukir janji dalam hati. Ia ingin sekali memberi teguran lewat perubahannya nanti, agar Dina tidak terus-terusan menghina orang yang kurang sempurna seperti dirinya.
Luna mengatur pola makan, mengurangi makanan berlemak dan memperbanyak sayuran dalam porsi makannya yang telah ia kikis sebagian. Ia rela menahan liurnya yang nyaris turun tiap kali tergiur pempek, model, atau tekwan. Luna meninggalkan semua kudapan favoritya hanya untuk berat badan ideal, seperti yang dikatakan Dina.
Tepat tanggal dua mei, Luna melenggok penuh percaya diri, mengisi formulir pendaftaran, kemudian memasrahkan panitia mengukur tinggi dan berat badannya. Luna membiarkan mata-mata lain terpesona pada tubuhnya yang kini sempurna.
Tes tertulis bisa ia lewati dengan manis, Luna lolos sebagai finalis. Karantina satu minggu juga membuahkan hasil. Meskipun tidak keluar sebagai juara pertama, Luna akhirnya mendapat selempang runner up ajang pemilihan itu. Impian Luna kini terwujud.
2 April 2012
“Kurusin badan dulu, Kin!”
Kinar mendongak, menatap sinis pada suara sumbang di hadapannya. Tangannya yang mulai geram, meremat-remat brosur pemilihan Bujang Gadis Kampus yang tadi ia pandangi penuh gairah.
“Masih ada waktu satu bulan. Aku yakin sebelum tanggal dua Mei nanti berat badanku bisa turun drastis,” batinnya. Kinar memandang tajam pada pemilik suara yang dari tadi menjatuhkan mentalnya. Gadis cantik runner up tahun lalu itu membalas tatapannya dengan senyum meremehkan.
“Tunggu tanggal dua Mei nanti, Luna! Kalau cuma jadi runner up, aku juga bisa! Aku akan buktikan, yang cantik dari hatilah pemenang sejatinya!”
0 comments on "Dua Mei Kedua"
Post a Comment